Beras Semakin Kehilangan Nutrisinya di Masa Depan
"Untuk beberapa negara di dunia, beras merupakan sumber utama protein dan vitamin dan juga beberapa mineral lainnya," kata Profesor Kobayashi.
"Bagi mereka, ini bukan berita yang menggembirakan," tambahnya.
Photo: Para peneliti khawatir mengenai dampak kesehatan dari penelitian mereka mengingat pentingnya beras sebagai bahan makanan utama. (Supplied: Georgina Smith, CIAT)
Direktur Centre of Excellence for Translational Photosynthesis ARC Profesor Bob Furbank mengatakan secara teori tingkat CO2 yang lebih tinggi itu baik untuk pertumbuhan, tetapi kenyataannya terbukti berbeda.
"Di satu sisi kita berpandangan bahwa akan ada efek pemupukan dari karbon dioksida ekstra yang tersedia untuk fotosintesis. Sudah jelas begitu," katanya.
"Tapi ada juga efek negatif perubahan iklim berupa kemarau yang lebih sering dan suhu lebih tinggi yang dapat menghilangkan manfaat positif dari CO2 ekstra dari perspektif fotosintesis," jelas Profeor Furbank.
"Laporan penelitian ini mengacu pada data yang mereka hasilkan dalam menunjukkan adanya efek merugikan pada kualitas biji padi dalam CO2 yang tinggi," tambahnya.
Profesor dari Australian National University ini menambahkan sekarang para peneliti harus mempelajari dan membiakkan varietas yang akan menghasilkan kualitas nutrisi, bukan hanya kuantitas, dalam lingkungan CO2 yang tinggi.
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat