Berbagai Cara Israel Merusak Ramadan Warga Palestina
Padahal, dinas keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet telah memperingatkan bahwa langkah pembatasan tersebut akan dapat memperkeruh suasana di wilayah Tepi Barat.
Direktur Shin Bet Ronen Bar, seperti dikutip dari media Times of Israel, memperingatkan bahwa menerapkan pembatasan akan memicu reaksi kemarahan dan akan menguntungkan Hamas.
Namun, sejumlah peringatan itu sepertinya tidak diindahkan oleh pemerintah Israel yang dipimpin Perdana Menteri Netanyahu.
Pembatasan akses Al Aqsa
Sejak serangan Israel ke Jalur Gaza Oktober tahun lalu, polisi Israel terus membatasi akses Masjid Al Aqsa bagi masyarakat Palestina di Israel, khususnya bagi mereka yang mengikuti ibadah Shalat Jumat.
Meski demikian, sekitar 25 ribu warga Palestina berhasil masuk Masjid Al Aqsa Jumat lalu atau pada 16 Maret 2024, untuk mengikuti Shalat Jumat pertama di masjid tersebut sejak serangan Israel berlangsung.
Pembatasan Shalat Jumat di Masjid Al Aqsa dari Oktober 2023 hingga Jumat kemarin menjadi yang terlama sepanjang sejarah, menurut seorang pejabat Dinas Wakaf Muslim di Yerusalem yang tak disebutkan namanya, dikutip kantor berita Anadolu.
Kelompok pejuang Palestina Hamas juga telah mengeluarkan pernyataan bahwa keputusan untuk melakukan pembatasan itu harus ditolak karena merupakan keputusan kriminal dan berharap agar umat tetap teguh dan berbondong-bondong datang untuk menjaga Masjid Al Aqsa.
Gantz juga menyatakan bahwa Hamas punya pilihan yang jelas yaitu dengan menyerah dan melepaskan sandera agar Gaza bisa merayakan bulan suci Ramadan
- Pimpinan BAZNAS Ajak Umat Muslim Perkuat Dukungan kepada Palestina
- Prabowo Bertemu Joe Biden, Bahas Situasi di Gaza
- Seorang Ibu Tolak Belikan Anak Snack Terafiliasi Israel Viral, Dapat Respons Positif
- Presiden Prabowo dan PM Wong Bahas Penguatan Kerja Sama Bilateral Indonesia-Singapura
- Donald Trump Menang, Israel Bakal Makin Brutal di Timur Tengah
- Jazuli Juwaini Mendukung Penuh Gerakan Global Mengeluarkan Israel dari Keanggotaan PBB