Berbalas Serangan sampai Culik-culikan
Minggu, 30 September 2012 – 18:12 WIB
Ada rasa bangga saat Eddy menceritakan pengalamannya. Setiap adegan tawuran di jalanan masih begitu berbekas di benaknya. Bisa jadi daya ingatnya lebih tinggi saat diminta untuk bercerita tentang tawuran, ketimbang soal mata pelajaran.
Bagaimana dengan sekolah, apa para guru tidak tahu? “Mereka sibuk dengan target-target nilai yang dibebankan pada kami, makanya kami mencari ruang ekspresi di luar sekolah. Soal tahu atau tidak, selama ini kami kucing-kucingan,” jawab Eddy, lugas.
Eddy menilai, ancaman untuk memberikan tindakan tegas kepada pelajar pelaku tawuran kurang ampuh, selama pelajar tidak mendapat ruang berekspresi cukup ndi sekolah. “Kalaupun dikeluarkan, malah pelajar itu bisa lebih leluasa memprovokasi dari luar sekolah. Jadi tidak menyelesaikan masalah. Apalagi, kalau sudah sakit hati,” tandasnya, menutup pembicaraan.
Tampaknya, pemangku kebijakan pendidikan harus benar-benar bijak. Apakah para pelajar lebih layak ditempatkan sebagai pelaku kekerasan, atau korban dari sebuah sistem pendidikan yang masih belum mesra menyentuh sudut emosional para anak didiknya. (*)
DINAS Pendidikan Kota Bogor jangan sampai lengah karena sibuk mengurusi tawuran SMK swasta. Kenapa? Karena perseteruan turun-temurun antara SMA Negeri
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408