Berdiri Memohon sebagai Perlambang Kehilangan Hal Besar dalam Hidup

Berdiri Memohon sebagai Perlambang Kehilangan Hal Besar dalam Hidup
INGATKAN DERITA: Dadang Christanto di antara patung-patung korban lumpur karyanya. Foto: Boy Slamet/Jawa Pos

Selesai mengecek patung-patung itu, Dadang beranjak ke halaman samping. Di sana berdiri patung-patung yang sudah jadi. Lalu, dia mengambil sandal bekas dan panci. Dua barang itu kemudian diletakkan di dua tangan patung itu. ”Semua patung nanti berdiri seperti ini,” ujar Dadang dengan menunjukkan gaya patung di galerinya nanti.

Dadang menjelaskan, patung-patung tersebut didesain bukan tanpa arti. Bagi dia, patung itu diibaratkan sedang bersaksi atas kehilangan besar pada hidupnya. ”Gayanya sama dengan gaya orang membawakan foto kerabat atau saudara yang meninggal saat dibawa ke pemakaman,” papar dia.

Dia melanjutkan lagi pembuatan patung. Di minggu terakhir sebelum pembukaan galeri, Dadang beserta enam pegawainya bekerja lebih ekstra. Target dia untuk patung memang sebanyak-banyaknya. Meski demikian, dia memprediksi hanya ada 110 patung yang terpasang pada hari pembukaan galeri itu.

Tidak hanya pembuatan, pemasangan patung juga sudah mulai berjalan. Pada 29 Mei mendatang, semua patung yang bersaksi berdiri di atas lumpur Lapindo.

Impian Dadang untuk kali kesekian kembali terwujud. Dia akan kembali ke Australia dengan perasaan bangga karena telah meninggalkan prestasi di tanah kelahirannya, Indonesia. (Rista R. Cahayaningrum/c7/dos)

 


RUMAH berukuran sedang di Glagah Arum, Sidoarjo, itulah yang menjadi bengkel patung Dadang Christanto sekarang. Di sana terdapat halaman yang cukup


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News