Berebut Menggali Rezeki Emas di Negeri Dewi Sri Bombana (1)

Pendulang Wajib Beli Kartu Rp 1 Juta Per Enam Bulan

Berebut Menggali Rezeki Emas di Negeri Dewi Sri Bombana (1)
Foto: Agus Muttaqin/JPNN
Sampai di Bombana, mobil yang kami tumpangi berhenti di Terminal Kasipute. Jarak dari terminal menuju lokasi tambang sekitar 30 kilometer. Untuk mencapai lokasi, tak tersedia angkutan umum. Satu-satunya angkutan adalah Mitsubihi Strada dan mobil 4WD lain. Itu pun ikut nebeng saat pemiliknya hendak menuju SP-8 pada pagi hari.

Sebenarnya ada ojek yang bisa menjangkau lokasi tambang. Namun, sejak ditemukannya tambang emas, para pengojek jarang beroperasi. Mereka lebih suka mendulang emas. Dan, pilihan itu masuk akal. Sebab, sekali mendulang emas, mereka dapat mengantongi 0,5 gram hingga 1 gram. Itu setara dengan sepuluh kali lipat dari penghasilannya sebagai tukang ojek. Kalaupun ada pengojek, itu pun hanya satu dua. Mereka mematok tarif mahal. Bisa sampai tiga lipat bahkan lebih dari tarif biasanya.

Jawa Pos terpaksa merogoh kocek hingga Rp 400 ribu untuk menyewa ojek setengah hari berkeliling SP-8 dan Sungai Tahi Ite. ''Saya kebetulan libur mendulang, jadi sesekali bolehlah mengojek,'' ujar Amin, seorang pengojek beralamat di Rumbia.

Dari Kasipute, perjalanan menuju SP-8 memerlukan waktu sekitar tiga jam. Amin mengisi tangki bensin motornya penuh-penuh. Dia khawatir kehabisan bensin ketika sampai di lokasi SP-8. Untuk mencari bensin, Amin perlu berputar-putar di Kota Kasipute. Satu-satunya SPBU di dekat kantor bupati sejak pagi pukul 09.00 sudah kehabisan stok BBM. ''Tak sampai dua jam (diisi), POM bensin itu pasti tutup kehabisan bensin. Biasanya yang antre mobil-mobil yang mau ke SP-8,'' kata Amin.

Puluhan ribu orang kini berdatangan ke Bombana, sebuah kabupaten di Sulawesi Tenggara (Sultra). Mereka berebut rezeki nomplok setelah di sebuah kawasan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News