Bergodo Kebogiro

Oleh: Dahlan Iskan

Bergodo Kebogiro
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Kami berbincang sambil berdiri di lantai tari itu. Ethan tidak hanya sebagai mahasiswa S-3 di situ. Juga jadi asisten pengajar gamelan.

Dosen utamanya sendiri orang Blitar. Asal Trenggalek: Ignatius M. Harjito. Usianya sudah 80 tahun. Sudah lebih 40 tahun mengajar di Wesleyan.

Harjito masih sangat sehat. Lebih satu jam kami ngobrol sambil berdiri di situ. Enggak tampak ada masalah. Jalannya pun masih cepat.

Udara dingin, bersih dan musik mungkin membuat orang bisa berumur lebih panjang dan tetap sehat. Mungkin di Indonesia kita perlu sering-sering berdiri di depan kulkas terbuka.

Harjito alumnus ISI Solo. Angkatan pertama. Satu angkatan dengan Gendon Mardhani –adik kandung Mensesneg Sudjono Humardhani. Harjito termasuk pendiri ISI itu sendiri.

Tentu menarik untuk bertanya mengapa ada studi gamelan di Wesleyan. Ternyata tak lain karena ada pusat studi musik dunia di sini.

Untuk musik Eropa dipilih yang dari Ghana. Ada studi musik Korea, Tiongkok, Jepang, dan India. Yang India dikhususkan untuk India Selatan –musik Tamil Nadhu.

Saya pernah terbawa larut ke dalam deru musik India. Yakni saat menghadiri Hari Raya Hanoman di sana.

Di Wesleyan University memang punya pusat studi gamelan. Studi gamelan diberi satu gedung sendiri. Dua lantai. Gamelan digelar di panggungnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News