Beri Pesan Jangan Korupsi Jabatan
Kamis, 04 September 2008 – 00:54 WIB
Iwan berpandangan, menjadi politikus adalah belajar memberikan dirinya untuk orang lain. Belajar melayani. ’’Saya yakin teman-teman artis punya itu. Sekarang nama sudah punya, materi sudah, orang menghormati. Apa lagi? Selain tinggal pengabdian. Saya sih mendoakan saja. Kalau saya sih nggak mampu,’’ ungkapnya.
Menurut dia, politik itu rumit. Harus menangani permasalahan manusia. Butuh latar belakang pendidikan yang mumpuni agar tidak sekadar mengabdi. ’’Kalau saya (masuk politik), nanti jadi aneh negeri ini. Jangan main-main api lah. Latar belakang saya juga bukan orang baik-baik. Ya, dunia musik tahu semua. Sebagian saraf saya putus. Sementara syarat (jadi politikus) itu kan sehat jasmani dan rohani,’’ kata Iwan terkekeh sekalian menyindir.
Menyambut Pemilihan Umum 2009, dia berharap Indonesia menghadirkan pemimpin muda. Dalam pengertiannya, orang muda adalah usia 35–45 tahun. ’’Saya berharap itu untuk 2009,’’ ucap suami Rossana tersebut serius.
Alasannya, sudah enam presiden silih berganti memimpin Indonesia, tapi krisis di negeri ini belum bisa teratasi. ’’Walaupun Bung Karno muda, Pak Harto muda, setelah itu penggantinya di atas usia 50 tahun semua. Dan terbukti sampai sekarang krisis masih berjalan terus. Itu kan pertanyaan besar!’’
Iwan mengungkapkan, sudah terbukti, orang-orang di atas 60 tahun memimpin Indonesia, sampai sekarang masih krisis. Walaupun, kata dia, para pemimpin itu beralasan krisis terjadi karena merata di seluruh dunia. ’’Tapi, kalau kita lihat, Indonesia kaya benar lho. Ikannya, lautnya, manusianya, dan orang-orang pandai banyak di negeri ini,’’ ujar Iwan seperti bingung.
Dia juga mengaku sering terpana campur heran melihat berbagai acara dialog di televisi. Menurut pembicaraan para cendekiawan, selalu ada jalan keluar dari permasalahan yang membelenggu bangsa ini. ’’Tapi, kok susah. Ini jadi pertanyaan besar buat saya,’’ ujarnya heran.
Karena itu, kata dia, masih lebih baik anak muda yang salah daripada orang tua yang salah saat menjadi pemimpin. ’’Loh, iya. Kan (kalau anak muda salah) masih ada orang tua. Masih ada yang bisa didengar, paling tidak orang tuanya, kan gitu. Tapi, kalau orang tua salah, masak mau dinasihatin kakeknya? Lah sudah pikun,’’ ungkapnya setengah bercanda.
Tapi, jelas Iwan, memang benar kekuasaan itu seperti candu. Hanya, dia meminta agar coba dipikirkan lagi bahwa menjadi pemimpin itu berkaitan dengan nyawa lebih dari 200 juta rakyat Indonesia. ’’Saya lihat orang-orang muda ngomong di televisi, saya bersemangat. Ada jalan keluar lho. Cuma, memang belum populer,’’ tuturnya.
Sebagai musikus ternama yang punya banyak massa, Virgiawan Listanto alias Iwan Fals belum tertarik menerjuni kancah politik. Lalu, seperti apa pandangan
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara