Berjualan Terompet Selama 31 Tahun, Berhasil Kuliahkan Anak
jpnn.com, SURABAYA - Momen tahun baru seharusnya menjadi berkah tersendiri bagi penjual terompet. Namun, tahun ini penjual terompet terpaksa gigit jari karena omset yang terus menurun.
Seperti yang dialami, Suwandi, salah satu penjual terompet. Dia datang untuk meraup rupiah lewat penjualan terompet.
Tepatnya di depan sebuah ruko jalan Kapasan No. 124 Surabaya. Suwandi membuka lapak kecil sejak 1987 silam.
Mulai Minggu awal Desember hingga 1 Januari di setiap tahunnya, Suwandi yang ditemani istrinya, rutin membuat terompet. Bahkan bermalam di lokasi tersebut hingga momen perayaan tahun baru selesai.
"Omset penjualan terompet semakin menurun dari tahun ke tahun, tapi saya tetap tidak akan berhenti berjualan terompet," kata Suwandi.
Bagi Suwandi, terompet menjadi sejarah karena telah berjasa menghidupi keluarga dan membiayai sekolah kedua anaknya hingga lulus menjadi sarjana.
Berbagai cerita dalam menjual terompet sudah di alami oleh Suwandi. Mulai dari masa kejayaan terompet yang membuatnya mampu melayani ribuan biji terompet pesanan dari luar kota bahkan luar pulau. Hingga kini masa terompet sudah jarang diminati.
Terompet yang dia jual masih beragam. "Mulai dari terompet konvensional hingga terompet karakter, seharga Rp 5 ribu hingga Rp 15 ribu per bijinya," pungkas Suwandi. (pul/jpnn)
Omset penjualan terompet semakin menurun dari tahun ke tahun tapi Suwandi tetap semangat berjualan.
Redaktur & Reporter : Natalia
- Risma Larang Pedagang Terompet Berjualan di Surabaya, Kenapa, Bu?
- Pedagang Terompet Gigit Jari jelang Tahun Baru
- Isu Virus Penyakit Bikin Omzet Penjual Terompet Menurun
- Wabah Difteri Menjalar, Penjual Terompet Ikut Kena Imbas
- Difteri Mewabah, Terompet Kurang Peminat
- Terompet Kalah Laris, Ayah Hendak Bunuh Anak Kandung