Berjuluk James Bond Melayu, Kepalanya Dihargai USD 50 Ribu
jpnn.com - Pria berbadan gempal berkaus abu-abu itu duduk di kedai kopi Ria Jalan Bintan. Ia membuka topi fedoranya. Hampir seluruh rambutnya memutih. Sepintas, tidak ada yang spesial dari Andy Zulkifli. Sampai ia menyeruput teh hangatnya dan berujar, "Saya pensiunan New York Police Department, Amerika Serikat."
----------------------------
FATIH MUFTIH, Tanjungpinang.
KEDAI kopi Ria di Jalan Bintan adalah tempat pertemuan berbagai kalangan. Tidak ada sekat atau batasan status di kedai kopi ini. Mulai dari kalangan pejabat, seniman, pengangguran, pengojek, atau pun pensiunan. Semuanya gemar menyeruput kopi paginya di sini. Termasuk Andy Zulkifli, atau yang biasa disapa Bang Zul, oleh teman-teman semejanya.
Di meja bundar barisan depan, Zul sibuk membolak-balik halaman empat harian pagi yang ia beli di Bintan Agency. Sudah jadi rutinitasnya, membaca koran sambil menyeruput teh. "Saya kurang suka kopi," ujarnya. Karena pasangan kopi adalah rokok, maka pensiunan kelahiran 10 Oktober 1951 silam ini pun tidak merokok. Di atas mejanya, selain koran, ada beberapa biji singkong goreng.
Karena pola hidupnya yang tergolong biasa, tidak banyak orang Tanjungpinang yang mengenalnya. Meski, dirinya pernah 20 tahun tercatat sebagai perwira New York Police Department (NYPD), kantor polisi ternama di kota New York, Amerika Serikat. Kota metropolis dunia dengan tingkat kriminalitas yang tinggi. "Tidak banyak koran lokal yang menulis tentang saya," ujar Zul. Namun, bukan berarti tidak ada media yang pernah menulisnya. Namanya termaktub pada buku 77 Sosok Terkemuka Kepri, karya Trisno Aji Putra. Selain itu, majalah Asia Week yang terbit di Hongkong pernah menulis sosoknya dengan judul "The Hungry Detective". Sementara The Straight Time, harian ternama Singapura, menyebut Zul sebagai James Bond Melayu.
Bagaimana tidak, pria kelahiran Tarempa ini pernah menjabat sebagai detektif internasional untuk membongkar kasus-kasus besar. Semisal, penjualan barang-barang palsu, pencucian uang, hingga mencari buron kelas kakap. "Juga soal traficking di Indonesia," sebut Zul. Bahkan, karena sederet prestastinya membongkar kasus-kasus itu, oleh kantor kerjanya, Zul diminta untuk membongkar kasus perdagangan manusia di kawasan Asia Tenggara. Ajakan itu, tentu tak disia-siakan. "Karena bertugas di kampung halaman," ucapnya.
Pria berbadan gempal berkaus abu-abu itu duduk di kedai kopi Ria Jalan Bintan. Ia membuka topi fedoranya. Hampir seluruh rambutnya memutih. Sepintas,
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408