Berjuluk James Bond Melayu, Kepalanya Dihargai USD 50 Ribu

Berjuluk James Bond Melayu, Kepalanya Dihargai USD 50 Ribu
Andy Zulkifli (kanan) berbincang bersama temannya di kedai kopi Ria Tanjungpinang, Kamis (30/1). FOTO: Yusnadi/Batam Pos

Di negara orang, meski tanpa keluarga dan visa, Zul muda tidak lantas kehabisan akal. Setiba di sana, ia berplesir ke komunitas Indonesia di New York. Di situ, ia berjumpa dengan seorang pelaut tua asal Pulau Buluh, Batam, yang sudah lama menghabiskan waktu di Amerika. Kepada Zul muda, pelaut tua itu memberikan banyak wejangan. 

Pelaut tua itu mengajak Zul muda ke sebuah restoran kecil di New York. Di sana, pemuda Tarempa ini diperlihatkan gambaran pelaut yang menghabiskan uangnya di meja-meja judi dan botol-botol wiski. "Di Amerika, hanya dua hal yang bisa kita lakukan. Belajar dan berkerja," kata Zul, mengutip pesan yang didengarnya lebih dari 20 tahun lalu. 

Wejangan itu membangkitkan semangat juang Zul muda. Ia pun menanggalkan statusnya sebagai pelaut. Kemudian memilih melanjutkan pendidikan menengah atasnya di New York. "Saat itu, sekolah di Amerika gratis," kenang Zul. Setelah lulus, Zul muda melanjutkan studinya di Fashion Institut Technology (FIT) untuk mendalami bidang fotografi, sinematografi, dan penerbitan. 

Sementara untuk menutupi keperluan sehari-harinya, pada siang harinya, Zul muda berkerja sebagai pengantar dokumen di United Nation (UN), yang lebih dikenal dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia. "Karena kerja di PBB, visa bukan lagi persoalan buat saya," ujar Zul berkelakar. 

Di kampus inilah, Zul muda menjaliin kisah cinta dengan Carol, model asal Italia berkebangsaan Amerika, yang menjadi muallaf dan dinikahinya. Menariknya, pernikahan itu digelar di Kijang, Bintan, ribuan mil dari Amerika. "Saya ingin Carol tahu negara saya," ujar Zul. 

Usai menikahi Carol, Zul muda mundur dari pekerjaannya. Lantaran ada peraturan hukum di Amerika yang menyebutkan, orang luar yang menikahi warga Amerika, punya kesempatan menjadi warga Amerika. Meski berat, Zul pun beralih status sebagai warga negara Amerika. Karena ia ingin melanjutkan studinya di John Jay College Criminal Justice pada 1979. Kampus di New York ini dikenal banyak melahirkan kader-kader petugas pemadam kebakaran dan aparat kepolisian. Tesisnya tentang kasus traficking di Indonesia, mengakhiri tiga tahun studinya. Kemudian, usai melewati serangkaian tes, Zul muda pun tercatat sebagai personel NYPD pada 1984 diusianya ke-33. 

Di sela-sela kesibukannya sebagai perwira kepolisian, Zul masih menyempatkan dirinya untuk mengembangkan ilmu seni bela diri. Ia mengklaim, menguasai segala teknik bela diri. Ai ki do, karate, taekwondo, apalagi pencak silat. "Saya ikut mendirikan Pencak Silat of America," terangnya. Selain itu, Zul juga memiliki dojo, tempat latihan bela diri di New York. 

Menikmati Hari Tua di Tanjungpinang

Pria berbadan gempal berkaus abu-abu itu duduk di kedai kopi Ria Jalan Bintan. Ia membuka topi fedoranya. Hampir seluruh rambutnya memutih. Sepintas,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News