Berkah Unggul di Rutan Medaeng dan Lapas Porong
jpnn.com - SURABAYA - Para penghuni rumah tahanan negara (rutan) dan lembaga pemasyarakatan (lapas) kemarin (29/8) benar-benar menggunakan hak pilihnya untuk memilih gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur.
Di Rutan Kelas I Surabaya, Medaeng, dan Lapas Kelas I Surabaya, Porong, perolehan suara pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman Suryadi Sumawireja (Berkah) unggul.
Di empat TPS (tempat pemungutan suara) Rutan Medaeng, pasangan gubernur dan wakil gubernur nomor empat itu mendapat 483. Mereka unggul 12 suara atas pasangan Soekarwo-Saifulah Yusuf (KarSa) yang mendapat 471 suara. Sementara itu, pasangan Eggi Sudjana-M. Sihat (Beres) memperoleh 28 suara. Bambang D.H.-Said Abdullah mendulang 164 suara.
Sama dengan penghuni Rutan Medaeng, banyak narapidana di Lapas Porong yang nyoblos pasangan Berkah. Di dua TPS, pasangan itu memperoleh 432 suara. Selisih suara dengan KarSa mencapai 178 suara yang mendapat 254 suara (selengkpanya lihat grafis).
Dalam pesta demokrasi tersebut, penghuni penjara cukup antusias. Buktinya, 1.203 orang atau 90,86 persen penghuni menggunakan hak pilih. Di Lapas Porong juga ada 902 orang atau 73,33 persen yang memilih gubernur dan calon gubernur Jawa Timur untuk lima tahun ke depan. "Meski tidak ada sosialisasi langsung dari KPU, penghuni semangat ikut pemilukada ini," ungkap Teguh Hartaya, kasi pelayanan tahanan sekaligus ketua panitia pemungutan suara (KPPS) di Rutan Kelas I Surabaya.
Salah seorang penghuni yang semangat nyoblos adalah Fathorrasjid, mantan ketua DPRD Jatim. Mengenakan baju lengan panjang hitam dan peci, dia percaya diri saat datang ke TPS 17. Setelah menyerahkan surat panggilan dan mendapat kartu suara, dia langsung menuju bilik suara. Kurang dari lima menit, narapidana kasus P2SEM (program penanganan sosial ekonomi masyarakat) itu keluar dari bilik. Memasukkan kartu suara ke kotak dan mencelupkan jari kelingking ke tinta. "Calon yang dipilih rahasia. Tapi, saya ingin adanya perubahan," ungkapnya.
Tentu, untuk menuju perubahan tersebut, lanjut Fathor, pemimpinnya juga berubah. Tidak sama dengan yang dulu. Meski tidak mau menyebutkan calon yang dipilih, pria 60 tahun itu mengatakan, siapa pun calon yang berhasil menjadi gubernur dan wakil gubernur bisa membawa keadaan menjadi lebih baik. "Harus dihormati, siapa pun pemimpin yang terpilih nanti," imbuh narapidana yang divonis empat tahun penjara itu.
Sama dengan Fathor, Suwandi terlihat bahagia karena bisa turut dalam pemilukada. Mantan wakil bupati dan bupati Mojokerto itu tidak keberatan meski harus berjalan cukup jauh dari blok D ke TPS di ruang besukan bawah. Dengan bantuan tongkat, dia berjalan dengan cepat. Di TPS, senyumnya terus mengembang. Di bilik suara, Suwandi pun tidak kesulitan. "Nyoblos yang tidak sama dengan saya," katanya tanpa mau menyebut calon yang dipilih sambil berjalan meninggalkan TPS.
SURABAYA - Para penghuni rumah tahanan negara (rutan) dan lembaga pemasyarakatan (lapas) kemarin (29/8) benar-benar menggunakan hak pilihnya untuk
- Jika Koridor 1 Transjakarta Dihapus, Harga Tiket MRT Jakarta Bakal Disesuaikan
- Pemkab Biak Numfor Merealisasikan Pembayaran Tunjangan Sertifikasi Guru 2024
- Arus Mudik Nataru, KM Labobar Angkut 20 Ribu Penumpang di Papua
- Juhana: Jangan Sampai Ada Kisah Oemar Bakri di Kota Bogor
- AQUA Elektronik Menyalurkan Bantuan Kepada Korban Bencana Alam di Sukabumi
- Penikam dan Penggorok Leher Guru di Kampar Tertangkap