Berkarya Agar Film Indonesia tak Diremehkan Dunia
“Rasanya miris sekali, bila duduk bersama sineas di luar negeri dan mereka seolah meremehkan film-film buatan Indonesia. Padahal secara kualitas dan kemampuan, tidak ada yang kurang di kita. Hanya soal kemauan, kesempatan dan keberanian dalam berkarya,” kata Sarjono.
Film bagi Sarjono adalah bahasa visual yang bisa dipahami oleh kelompok masyarakat manapun di belahan dunia mana saja. Karena itu baginya sebuah film bisa menjadi media menyampaikan pesan dan sarana memperkenalkan tanah lahirnya, Indonesia. Dari film Sarjono belajar menghargai sebuah ide dan kreatifitas. Ia juga menemukan kepuasaan batin ketika karyanya bisa mendatangkan kebahagiaan bagi banyak orang.
“Kadang saya sering datang ke bioskop, berbaur dengan penonton dan melihat reaksi mereka tentang film saya. Jika mereka tetap duduk sampai film selesai dan menunjukan wajah puas, saya akan senang sekali. Rasa puasnya susah diungkapkan dengan kata-kata,” ujar Sarjono.
Atas dasar rasa cintanya pada sebuah karya itulah, Sarjono memiliki syarat khusus ketika membiayai sebuah film. Ia tidak mau menggunakan sutradara dan penulis naskah dari luar negeri.
“Artis boleh dari mana saja, tapi untuk sutradara dan penulis naskah harus asli Indonesia. Sehingga karya ini akan dikenal dan dikenang sebagai hasil karya anak Indonesia. Syukur-syukur melalui film bisa membanggakan Indonesia di mata dunia,” kata Sarjono bercita-cita.
Hal ini dibuktikan Sarjono dalam film teranyarnya, Guardian. Dalam film ini, Sarjono manggaet bintang Hollywood, Sarah Carter, sebagai pemeran utama. Bagi artis yang pernah main di Final Destination 2, The Vow, dan Falling Skies tersebut, ini merupakan pengalaman pertamanya syuting untuk film Indonesia.
Sarjono mengatakan nyaris tidak ada kendala saat mengajak Sarah Carter bermain di filmnya. Begitu dikirimi naskah yang merupakan ide kreatifnya, Sarah langsung menyenangi dan bersedia untuk bekerjasama. Selama hampir 2 bulan, Sarah melakoni syuting di Jakarta dan sekitarnya.
“Ini sebuah bukti bahwa ada orang luar yang mau bermain di film kita dan tidak meremehkan kemampuan yang kita punya. Kemampuan Sarah dalam berakting sangat cocok dengan karakter yang dibutuhkan Guardian dan hasilnya luar biasa,” kata Sarjono.
Lama tinggal di Amerika, tidak lantas membuatnya lupa kembali ke tanah kelahirannya, Indonesia. Di negara kiblat industri film dunia, ia menyerap
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara