Berkat Sehelai Rambut, Jasad Anggota Al-Qaeda Asal Australia Berhasil Diidentifikasi
Sehelai rambut mampu menjadi bukti kuat bahwa seorang warga Australia adalah bagian dari kelompok teroris Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), dan bahwa ia terlibat dalam penyanderaan di Yaman, dua tahun lalu.
Kepolisian Federal Australia (AFP) menduga bahwa Christopher Havard membantu penyanderaan tiga warga Eropa setelah mereka diculik di bawah todongan senjata di ibukota Yaman, Sana'a, pada Desember 2012.
Christopher tewas pada November 2013 oleh rudal yang ditembakkan dari sebuah pesawat tanpa awak Amerika, saat ia melarikan diri dengan empat anggota AQAP lainnya melewati padang pasir di Yaman timur.
Pria Australia, Chris Havard, berhasil diidentifikasi lewat analisa DNA dari sehelai rambut.
Tiga sandera itu adalah warga negara Austria, Dominik Neubauer; dan pasangan Finlandia, Atte serta Leila Kaleva.
Pasangan Kaleva mengatakan bagaimana bukti yang mereka punya membuat Hakim di Queensland mengeluarkan surat perintah penangkapan Christopher, hanya tiga minggu sebelum kematiannya di Yaman.
"Kami benar-benar tak tahu apakah kami akan dibunuh atau tidak, jadi itu adalah situasi yang sangat tidak pasti," kata Leila Kaleva.
Suaminya, Atte, menambahkan: "Sebagian besar dari masa penyanderaan kami, tak ada yang terjadi, Anda hanya berbaring di sana. Jadi, jika Anda tak hati-hati, pikiran Anda bisa masuk ke semua jenis skenario terburuk.”
Sehelai rambut mampu menjadi bukti kuat bahwa seorang warga Australia adalah bagian dari kelompok teroris Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), dan
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat