Berkat Sensor Elektronik, Pelaku Grafiti dalam Kereta di Sydney Bisa Ditangkap
Teknologi baru yang bisa mendeteksi ketika pelaku grafiti sedang mencorat-coret gerbong kereta, digembar-gemborkan sebagai sebuah terobosan besar dalam tindak pencegahan kejahatan oleh Pemerintah New South Wales (NSW).
Sensor elektronik, yang disebut "perangkap tikus", ini telah diuji di seluruh jaringan kereta dan sejauh ini menyebabkan 30 orang ditangkap.
Ia bekerja dengan mendeteksi uap dari kaleng semprot dan spidol sementara alat-alat ini sedang digunakan dan memberi sinyal peringatan kepada otoritas transportasi dan polisi.
Rekaman CCTV menangkap momen ketika pelaku grafiti mencoret-coreti dinding kereta di Sydney. (Foto: NSW Police)
Menteri Transportasi NSW, Andrew Constance, mengatakan, ini adalah alat yang berguna.
"Apakah artinya, bahwa mereka yang melakukan grafiti, kini, bisa ditangkap segera, dengan kaleng di tangan, spidol di tangan, melakukan kerusakan," jelasnya.
Ia menerangkan, "Perangkap tikus ini menyediakan informasi aktual di waktu kejadian sebenarnya, memicu sirkuit tertutup TV kembali ke staf Kereta Sydney dan juga informasi real-time yang dilaporkan secara langsung ke Polisi Transportasi."
Pihak Kereta Sydney menolak untuk mengatakan berapa banyak alat yang akan dipasang di seluruh jaringannya, tetapi mereka mengindikasikan, alat ini akan secara acak dipindahkan dari jalur kereta api yang berbeda.
Teknologi baru yang bisa mendeteksi ketika pelaku grafiti sedang mencorat-coret gerbong kereta, digembar-gemborkan sebagai sebuah terobosan besar
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat