Berkat Teka-teki Silang, 550 Mahasiswa Binus Masuk Buku Rekor Dunia

Salut, Nol Rupiah untuk Penjurian di Guinness World Records

Berkat Teka-teki Silang, 550 Mahasiswa Binus Masuk Buku Rekor Dunia
Anak-anak Bina Nusantara English Club (BNEC) memamerkan sertifikat Guinnes World Record. Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos
   

Pertanyaannya pun sangat berbau Indonesia. Mulai nama tari-tarian hingga nama alat musik khas. "Kita harus bawa nama Indonesia dong. Sekaligus promosi," timpal Marcella Einsteins, mahasiswa teknologi informasi.

 

Para peserta hanya diberi waktu 15 menit untuk mengerjakan. Beberapa detik sebelum berakhir, para panitia bersama-sama menghitung mundur. Dari 600 peserta itu, tak semua sukses mengerjakan TTS. Ada yang kabur sebelum rampung, ada juga yang angkat tangan dan membiarkan beberapa kolom melompong. Akhirnya, hanya 550 peserta yang mampu merampungkan. "Padahal, kami menoleransi minimal lima pertanyaan dijawab," kata Marcella.

 

Apakah para peserta tidak mencontek saat mengerjakan teka-teki silang" Enricko menggeleng. Menurut dia, saat TTS dikerjakan, ada pengawas yang hilir mudik. Apalagi, mereka menyewa dua orang sebagai saksi. Yakni, seorang dokter dan pendeta. "Ya kalau ada yang nyontek teman sedikit tidak apa-apa lah," katanya, lantas terbahak.

 

Untuk keperluan verifikasi Guinness, mereka mendokumentasikan semua kegiatan. Mulai lembar jawaban TTS, daftar nama peserta, video pelaksanaan, hingga tanda tangan para saksi. Proses melengkapi berkas, kata Enricko, cukup lama. Sebab, mereka harus mengedit video plus beberapa persyaratan lainnya. Video itu pun harus dilengkapi subtitle bahasa Inggris. Berkas itu baru rampung pada November 2010 dan langsung dikirim ke London, markas Guinness.

Universitas Bina Nusantara (Binus) patut berbangga. Melalui kreativitas mahasiswanya, kampus di Jakarta itu masuk dalam Guinness World Records (rekor

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News