Berkunjung ke Tempat Pendaurulangan Sampah Elektronik di Panasonic Eco Technology Center Jepang
Televisi Dipereteli, Dihancurkan, Jadilah Televisi Lagi
Senin, 18 Oktober 2010 – 07:17 WIB

Berkunjung ke Tempat Pendaurulangan Sampah Elektronik di Panasonic Eco Technology Center Jepang
Misalnya, televisi. Setelah dipereteli, setiap bagian dikelompokkan berdasar jenisnya. Lalu, dihancurkan dan dipilah lagi. Biasanya, televisi terdiri atas aluminium 2 persen, tembaga 3 persen, besi 10 persen, plastik 23 persen, dan kaca 57 persen. "Bahan kaca kami kirim lagi ke pabrik kami di Asia Tenggara untuk diolah ulang menjadi televisi," kata Tomita.
Hingga kini, sudah sekitar tujuh juta sampah elektronik yang mereka hancurkan. Proses itu memisahkan aluminium hingga 9,8 ribu ton. Jumlah tersebut bisa dipakai untuk membuat 85 jumbo jet. Atau, 113 ribu ton besi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan 138 ribu mobil. Jumlah yang cukup fantastis. Bayangkan kalau tidak didaur ulang. Betapa tinggi tumpukan sampah elektronik tersebut.
Tomita mengatakan, selain mendapatkan dukungan dana dari Panasonic, Petec memperoleh keuntungan dari penjualan kembali produk daur ulang. Mereka juga mendapatkan dana dari ongkos pengolahan sampah elektronik. Menurut undang-undang, ongkos itu dibebankan kepada pemilik barang. Berbeda dengan Indonesia. Pemilik mendapat uang dari tukang rombeng tanpa tahu barang tersebut dibawa ke mana.
Biaya pengolahan sampah elektronik itu tidak murah. Untuk satu televisi LCD/plasma berukuran 16 inci ke atas, misalnya, mereka mengeluarkan dana 2.835 yen atau sekitar Rp 302 ribu (asumsi satu yen setara dengan Rp 106). Biaya paling besar dibebankan untuk kulkas. Lemari pendingin berukuran 171 liter ke atas dikenai tarif sekitar 4.830 yen.
Ada baiknya Indonesia meniru Jepang dalam hal penerapan kebijakan mendaur ulang barang-barang elektronik rongsokan. Wartawan Jawa Pos Any Rufaidah
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara