Berlari Mengejar Matahari ke Negeri Matahari Terbit
Senin, 15 Oktober 2012 – 13:13 WIB
Inspirasi tentang “Negeri Matahari Terbit” betul-betul mengendap di pemikiran Menko Perekonomian Hatta Rajasa. Berkolaborasi dengan Jepang, mendownload filosofi, ilmu pengetahuan dan teknologi dari salah satu centrum kemajuan Asia itu, menjadi amat bermakna. Mengapa harus ke Jepang?
Bagi Hatta Rajasa, darimana pun datangnya sumber ilmu, jika itu bermanfaat bagi bangsa dan negara, akan dikejar dengan penuh totalitas, sekalipun di ujung matahari. Sejarah panjang yang telah dilalui bangsa Jepang, sarat dengan similaritas yang terukir dalam historia negeri ini. Jepang identik dengan negara ekonomi maju, teknologi canggih, tahan banting, pekerja keras, membangun cepat, dan tetap kokoh dengan akar budaya timur yang santun dan ramah.
Hatta sangat terkesan dengan pembangunan infrastruktur di Tokyo yang kompleks, tetapi tetap menghargai orang tua, penyandang cacat, dan dunia anak-anak. Semua fasilitas publik, selalu memanjakan dan menempatkan mereka sebagai prioritas. Di trotoar, di Metro Tokyo (kereta bawah tanah, city MRT), di Shinkansen (kereta peluru antarkota), tempat penyeberangan, halte bus, toilet, Narita Airport, Haneda Airport, pelabuhan, tangga building, bus angkutan kota, semua disediakan kemudahan bagi mereka.
“Hidup mereka menjadi sangat berkualitas, dihargai, dihormati, dipikirkan, diberi kemudahan secara terencana. Di semua tempat publik di Jepang, kita temukan orang-orang tua, berjalan sendiri, tidak ada rasa cemas. Kalau di hitung, indeks kecemasannya nyaris mendekati titik nol. Inilah standar hidup khas dari kota dan negeri yang beradap. Dan itu pula, yang tengah kami rancang sebagai filosofi membangun kota-kota besar di Indonesia. Itulah pula yang akan kami implementasikan di Jabodetabek Metropolitan Priority Area (MPA),” jelas Hatta Rajasa.
Inspirasi tentang “Negeri Matahari Terbit” betul-betul mengendap di pemikiran Menko Perekonomian Hatta Rajasa. Berkolaborasi dengan Jepang,
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara