Berlinang Air Mata, Marlina Usap Kepala Anaknya
Para orang tua menyambut gembira acara tersebut. Sebab, mereka jadi punya kesempatan lebih lama berbincang dengan para buah hati.
”Biasanya, di jam besuk reguler, hanya dibatasi satu jam,” kata Marlina.
Karena terikat pekerjaan sebagai guru, Marlina tentu tidak bisa menjenguk sesering yang dikehendaki anak keduanya itu. Dia hanya bisa datang dua minggu sekali. Kadang bersama sang suami atau saudara lain.
Meski dihelat serentak di puluhan LPKA se-Indonesia, Family and Society Gathering dipusatkan di LPKA Tangerang. Karena itu, perwakilan ibu-anak dari berbagai LPKA di Indonesia pun diterbangkan ke sana.
Salah satunya Siti dan Wawan (keduanya bukan nama sebenarnya). ”Saya senang sekali karena jadi bisa ngobrol bareng Wawan selama perjalanan dari Maros ke Tangerang,” katanya.
Wawan yang baru berusia 16 tahun itu dipenjara lima tahun untuk kasus yang Siti keberatan membicarakannya. ”Saya selalu nangis kalau bicara soal itu,” katanya sembari mengusap air mata.
Siti mengaku, sepanjang perjalanan dirinya tidak henti menitip pesan kepada sang putra. Agar memanfaatkan waktu di LPKA Maros. ”Belajar yang rajin, ibadah jangan lupa,” ungkapnya.
Begitu pula ketika sang anak membasuh kakinya. ”Jangan patah semangat, semangat terus,” katanya kepada sang anak.
Acara basuh kaki ibu oleh seratusan anak binaan diliputi suasana hari, tatkala bocah-bocah itu mengucapkan kata maaf.
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala