Bermain Yoyo versus Bercermin Diri

Bermain Yoyo versus Bercermin Diri
Bermain Yoyo versus Bercermin Diri
Keduanya saling menyerang, dan sudah pasti bertujuan merebut hati rakyat bagai lagu Krisdayanti, “pilihlah aku jadi pacarmu.” Rakyat dapat apa, dong? Strategi yang semata hendak merebut kekuasaan itu adalah lagu lama saban Pemilu dan Pemilihan Presiden (Pilpres).

Walaupun pentas politik adalah jembatan menuju kekuasaan,  rakyat harus diberi alasan, harapan dan program sehingga yakin untuk  memilih satu di antara keduanya, atau satu di antara banyak tokoh yang mengincer tahta presiden. Tak lagi memilih kucing yang bukan dalam karung, tapi yang lihai menangkap tikus. Bukan yang licik mencuri ikan di restoran publik.

Rakyat butuh solusi. Mubazirlah berdebat tentang jumlah orang miskin yang bangkit sejak era krisis 1997 hingga krisis keuangan global 2008. Rakyat tahu bahwa sudah empat presiden sejak reformasi 1998 belum berhasil memakmurkan rakyat. Sedemikian beratnya problem Indonesia, bahkan presiden terpilih pada Pilpres 2009 pun diprediksi belum akan berhasil menyejahterakan rakyat.

 

Solusi sederhana saja, rakyat perlu diberdayakan secara sosial ekonomi sehingga mereka punya daya beli dan tak pusing harga-harga belum turun juga. Rakyat memerlukan konsep yang membuat mereka berdaya dalam melawan pasar yang kadang spekulatif, penuh varian serta dipengaruhi faktor internal domestik dan eksternal seperti perekonomian AS, pusat perekonomian global yang ambruk itu.

SEORANG perempuan berurai air mata. Seorang pria di pojok yang lain menangis sesenggukan karena bangga mempunyai pemimpin yang memberi harapan bagi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News