Bermaksud Olah Buah Anggur Malah Jadi Bom
Minggu, 07 April 2013 – 00:16 WIB
Menurut Adrian, molecular gastronomy yang diolah menggunakan peralatan dan bahan yang biasa dipakai di laboratorium fisika/kimia memang memiliki risiko lebih tinggi jika dibandingkan dengan cara memasak biasa. Misalnya, nitrogen cair yang memiliki suhu minus (-) 196 derajat Celsius jauh lebih berbahaya daripada minyak goreng mendidih sekalipun. Karena itu, ketika memasak dengan nitrogen cair, Adrian harus menggunakan sarung tangan tebal. Bahkan, terkadang harus memakai kacamata tebal seperti yang biasa digunakan orang untuk menyelam.
"Kena percikan nitrogen air jauh lebih sakit dibanding kena minyak goreng. Apalagi kena mata," ujarnya.
Ayah dua putra itu pernah mengalami kejadian yang membuat jantungnya berdegup kencang. Ketika itu, dia bereksperimen membuat buah anggur bersoda melalui proses karbonasi dengan karbondioksida (CO2). Tabung berisi anggur dan CO2 diletakkan di ruang restoran yang dipisahkan dinding dan kaca dapur.
Tidak lama berselang, terdengar ledakan cukup keras. Ruang restoran dan dapur yang terletak di lantai 2 sampai bergetar. Isi buah anggur muncrat ke seluruh penjuru ruangan. Kejadian yang begitu cepat itu membuat Adrian terkaget-kaget.
Dapur memasak dan laboratorium fisika-kimia ibarat dua dunia yang berbeda. Molecular gastronomy memadukan keduanya. Hasilnya, terciptalah menu kuliner
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala