Bermalam di Hutan, Dijaga Anjing Liar Hitam

Bermalam di Hutan, Dijaga Anjing Liar Hitam
Bermalam di Hutan, Dijaga Anjing Liar Hitam
Ada pengalaman lain yang saya alami. Suatu saat, situasi memaksa saya harus berkemah di hutan. Tenda saya dirikan dekat dengan tempat pembuangan barang-barang tidak berguna. Menjelang malam terdengar suara langkah kaki binatang menginjak dedaunan kering. Terlihat seekor anjing berwarna hitam. Dari tampilannya, saya menduga binatang itu adalah anjing piaraan dan mungkin bersama pemiliknya sedang ke arah tempat saya berkemah. Mungkin untuk buang air besar atau yang lain.

 

Satu"dua jam berlalu, tapi masih terdengar suara anjing tersebut bekeliaran. Itu berarti tidak ada orang datang atau di sekitar tempat saya berkemah memang ada orang yang menetap. Jadi saya harus waspada. Pada tengah malam, anjing terebut tiba-tiba menyalak keras tidak jauh dari tenda. Rupanya ada yang datang. Dari suaranya, saya menduga seekor rusa mendekat. Begitulah, ketika rusa pergi, anjing itu diam lagi. "Ah, lumayan ada yang menjagaku," gumam saya dalam hati.

 

Menjelang pagi, saat saya harus keluar tenda untuk buat hajat, anjing tersebut tersentak dari tidurnya yang tidak jauh dari tenda. Anjing bagus itu rupanya bukan anjing liar. Mungkin ia tertinggal oleh pemiliknya saat buang air di daerah itu. Melihat dia tidak rakus dan bulunya bersih, kemungkinan belum lama juga ia berada di situ.  

 

Saat saya memasak mi, aroma makanan itu mengundang penciuman anjing tersebut untuk mendekat. Selangkah demi selangkah akhirnya ia sampai di depan tenda. Karena tak tega, aku beri makan dari sebagian sarapanku. Dia mulai menunjukkan sikap bersahabat dan manja. Saat saya menggulung tenda, ia mulai berusaha menarik perhatian dengan manarik-narik ujung tenda yang saya gulung dengan menggunakan giginya.

 

Setelah 48 hari mengayuh pedal, pengelana bersepeda asal Malang yang kini tinggal di Bandung, PAIMO HERTADIMAS, menyelesaikan perjalanan melintasi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News