Bermalam di Hutan, Dijaga Anjing Liar Hitam

Bermalam di Hutan, Dijaga Anjing Liar Hitam
Bermalam di Hutan, Dijaga Anjing Liar Hitam
Saat saya melanjutkan perjalanan, anjing yang tidak mengerti bahasa Jawa atau Inggris itu mengikuti saya. Kalau saya berhenti, ia menjauh. Tapi, saat saya mengayuh, ia lari mengikuti. Kalau ada kendaraan melintasi hutan, si hitam beringsut ke sisi jalan sebentar. Tak tega meninggalkan, saya berusaha menggendong dan meletakkan di atas barang. Tiga kali sudah saya mecoba. Tapi, begitu sepeda bergerak, ia meloncat kembali.

 

Anjing itu terus mengikuti. Saat sepeda saya meluncur di jalan menurun, anjing itu mencoba mengejar sekuat tenaga. Saya lihat ia kelelahan. Saat istirahat, saya lalu membuat tempat minum dari bekas botol air kemasan untuk si hitam. Saya sendiri kekurangan air. Tapi, dalam perjalanan itu, senang rasanya kami bisa saling berbagi.

 

Setelah lebih dari sembilan kilometer anjing itu berlari mengikuti, kami akhirnya tiba di sebuah permukiman. Saya berharap, ada seseorang yang mau menerima anjing itu. Apalagi, ia jenis anjing bagus dan pintar. Kami berdua istirahat dan berbagi kue di pinggir jalan. Ia terlihat mulai nyaman dengan situasi baru di permukiman itu. Dari seberang jalan, beberapa ekor anjing menyalak melihat kedatangan kami.

 

Itu terbukti, saat saya mulai bergerak untuk melanjutkan perjalanan, si hitam memandang acuh tak acuh. Mungkin kecapekan. Tapi, itu lebih baik daripada ia harus mengikuti saya terus. Saya berdoa semoga ia mendapatkan majikan baru. Sampai sekarang saya masih teringat kenangan bagaimana ia berlari beringsut jika didekati dan kegirangan saat diberi air minum.

 

Setelah 48 hari mengayuh pedal, pengelana bersepeda asal Malang yang kini tinggal di Bandung, PAIMO HERTADIMAS, menyelesaikan perjalanan melintasi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News