Berpotensi Meletus Lagi

Hujan Abu Tebal Selimuti Tlogolele

Berpotensi Meletus Lagi
Berpotensi Meletus Lagi
Berdasar pengamatan petugas Pos 2 Pengamatan Merapi Desa Jrakah, aktivitas puncak Merapi terhenti pada pukul 09.00 hingga pukul 15.00. Perekam gempa seismograf tidak menunjukkan adanya guguran lava, gempa vulkanik, maupun multiphase (MP). "Mungkin, masih istirahat," kata salah seorang petugas pengamatan, Purwono. Kemarin siang pengamatan secara visual menampakkan hasil yang sedikit jelas. Meski sering terhalang kabut tebal, bagian asap solfatara yang terus menyembur ke udara terlihat beberapa saat. Semburan asap solfatara tersebut berwarna putih sehingga tidak membahayakan warga.

Purwono menyatakan, hujan abu di Desa Tlogolele mungkin terjadi karena bekas lahar panas yang meleleh terbawa angin. Hal tersebut mengakibatkan hujan abu di lereng Merapi. "Abu vulkanik itu berbahaya. Warga diharapkan tetap mengenakan masker," katanya.

Sehari setelah erupsi, aktivitas Merapi terus menurun. Meski demikian, status awas masih diterapkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Jogjakarta. Dengan status awas tersebut, dimungkinkan masih terjadi erupsi susulan. Data seismik yang terekam sesaat sebelum letusan di Pos 2 Pengamatan Merapi Desa Jrakah, Kecamatan Selo, menunjukkan interval grafis gelombang yang padat dan berimpitan. Dalam 24 jam kemarin, tercatat 629 guguran, 397 gempa MP, 332 gempa vulkanik, dan empat low frequency (LF).

Setelah letusan, Rabu (27/10) mulai pukul 00.00 hingga 06.00, aktivitas Merapi menurun drastis. Hanya tercatat 15 guguran serta 12 kali MP. Aktivitas gempa lainnya, seperti gempa vulkanik, tidak tampak di layar monitor seismik. "Status awas belum dicabut. Mungkin, masih terjadi letusan susulan," terang Purwono.

BOYOLALI - Kawasan rawan bencana (KRB) III atau ring I bahaya letusan Merapi diguyur hujan abu kemarin (27/10). Rumah-rumah warga dan pohon di lereng

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News