Bersepeda Melintasi Andalusia dan Mendaki Gunung Tertinggi Afrika Utara (2-Habis)

Bersepeda Melintasi Andalusia dan Mendaki Gunung Tertinggi Afrika Utara (2-Habis)
Paimo Hertadimas.
Pada Kamis (5/8), saat sepeda yang saya pacu hampir memasuki kota Tangier (Maroko),  saya disambut warga Indonesia, Pak Hadi Syarifuddin dan ibu. Saya diberi tahu Pak Hadi bahwa warga Indonesia akan berkumpul di KBRI Rabat, ibu kota Maroko, untuk menyongsong hari ulang tahun ke-65 RI. Dia meminta saya segera memasuki kota Rabat. Padahal, jarak yang harus saya tempuh lagi lebih dari 350 kilometer.

 

Tantangan tersebut membuat saya menjadi terpacu. Meski beban berat, pada hari terakhir saya mampu menempuh jarak lebih dari 125 kilometer dalam waktu kurang dari enam jam. Itu menjadi jarak terjauh dan tercepat yang pernah saya lakukan dalam perjalanan ini. Berat memang. Tapi, saya puas!

 

Saya bangga ketika sampai di batas kota Rabat (7/8) sudah ditunggu sepuluh pembalap sepeda nasional Maroko dan ketua Federasi Sepeda Kerajaan Maroko. Setelah itu, kami bergabung dengan Bapak Tosari Wijaya selaku duta besar RI dan para stafnya. Saat kami sampai di halaman KBRI, selawat badar dan marhaban berkumandang diiringi tetabuhan rebana bertalu-talu. Ini adalah akhir perjalanan bersepeda yang indah dan sangat mengharukan saya.

 

Meski perjalanan bersepeda sudah finis, misi saya sebetulnya belum selesai. Seperti yang terjadwal sejak berangkat, salah satu tempat yang menjadi obsesi saya di Maroko adalah Gunung Toubkal (Jabal Toubkal atau Jbel Toubkal) yang merupakan gunung tertinggi (4.167 meter di atas permukaan laut) di kawasan Pegunungan Atlas, Afrika Utara. Tapi, karena beberapa kendala, saya pesimistis bisa mendaki gunung itu. Salah satu penyebabnya adalah ransel yang tidak bisa saya ambil dari Kantor Pos Ceuta.

 

Komunitas pencinta sepeda yang terhubung di dunia maya memudahkan para pesepeda jauh Indonesia saat berkelana ke luar negeri. Namun, yang tak kalah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News