Berstatus ODHA, Berpenghasilan Rp 700 Ribu
jpnn.com - Pensiun menjadi PSK bukan berarti tidak bisa hidup. Dengan bekal keterampilan dan dana kompensasi dari Kementerian Sosial sebagai modal, Ayu (bukan nama sebenarnya) membuka usaha makanan di kampung halamannya. Meski penghasilannya kecil, dia mengaku hatinya lebih tenteram.
---
WAJAH Ayu tampak bahagia ketika ditemui di salah satu rumah sakit milik pemerintah daerah di Surabaya. Saat itu perempuan 34 tahun tersebut baru saja menjalani pemeriksaan rutin setiap bulan sekaligus mengambil obat antiretroviral (ARV) karena penyakit HIV/AIDS yang dideritanya. "Keluarga tahunya saya ambil obat untuk sakit paru-paru. Mereka tak tahu saya ODHA," terangnya.
Jika dilihat sekilas, orang akan mengira bahwa Ayu adalah perempuan biasa. Dia terlihat santun dengan mengenakan jilbab yang dipadu jaket hitam lengan panjang. Namun, ibu dua anak itu menyimpan masa lalu yang kelam.
Dulu Ayu adalah PSK Dupak Bangunsari. Sejak pemkot menutup tempat prostitusi itu, dia memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Batu. "Sekarang saya sudah insaf," jelasnya.
Perjalanannya sampai ke tempat haram tersebut pada 2005. Waktu itu Ayu bingung untuk memenuhi kebutuhan dua anaknya. Sebab, suaminya meninggal karena sakit. "Tiba-tiba meninggal. Mungkin dia mengidap penyakit yang sama seperti yang saya alami sekarang. Sedangkan, anak-anak butuh uang untuk makan dan sekolah," jelasnya.
Ibu dua anak tersebut tidak sempat berpikir panjang. Dia memutuskan langsung terjun ke Dupak Bangunsari dengan bekerja sebagai pelayan nafsu para hidung belang. Ayu hanya pamit kepada keluarganya untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Surabaya. Sementara itu, kedua anaknya dititipkan ke rumah orang tuanya.
Mengapa ke Dupak Bangunsari? Tanpa sengaja, Ayu pernah memergoki almarhum suaminya berasyik-masyuk dengan PSK di lokalisasi tersebut. Pertengkaran pun terjadi dalam perjalanan pulang sampai di rumahnya di Malang. Tak lama setelah pertengkaran itu, suaminya meninggal. ''Sudah tidak kepikir mau kerja apa lagi,'' ucapnya.
Di lokalisasi tersebut, Ayu melayani dua sampai tiga orang per hari. Jumlah itu masih bisa bertambah jika kunjungan ramai. "Biasanya, malam Minggu yang ramai," ungkapnya. Dalam satu hari, Ayu bisa mengumpulkan uang Rp 150 ribu. Itu hasil dua kali melayani tamu. Namun, jumlah tersebut masih harus dipotong dengan biaya kamar, yakni Rp 15 ribu tiap kali transaksi. Dengan demikian, total dia hanya membawa Rp 120 ribu per hari.
Setiap hari Ayu harus bekerja tanpa memperhitungkan kondisi tubuhnya. Alasannya hanya satu, yakni membahagiakan dua anaknya. Imbasnya, tubuhnya sering tiba-tiba drop. "Kalau drop, bisa sampai dua tiga hari. Ya, terpaksa tidak dapat uang," ucapnya.
Pada 2008, Ayu diketahui positif menderita HIV/AIDS. Ayu shock. Terpikir olehnya berhenti bekerja sebagai PSK. Namun, dia merasa tidak punya pilihan lain, harus terus bekerja untuk mendapatkan uang. ''Saya minta tamu pakai kondom,'' katanya.
Ketika mendengar informasi Dupak Bangunsari akan ditutup, Ayu langsung mendaftarkan diri pulang ke kampung halaman. Banyak temannya yang membujuk dia untuk tetap tinggal. "Namun, saya sudah bertekad untuk pensiun dari dunia ini," tegasnya. Setelah mendapatkan uang kompensasi, Ayu segera pulang ke Batu.
Berbekal uang Rp 5 juta, dia membangun sebuah usaha di rumahnya. Kini dia menjual gorengan dan jajan makanan ringan untuk anak-anak. "Alhamdulillah, usaha lancar," jelasnya. Penghasilan dari berjualan jajanan tidak sebesar ketika masih menjadi PSK. Per bulan dia hanya sanggup meraup uang Rp 500 ribu-Rp 700 ribu. Meski penghasilannya kecil, Ayu tetap bersyukur. Sebab, uang tersebut berasal dari hasil keringatnya. ''Yang pasti, halal dapatnya,'' katanya.
Godaan sering muncul saat Ayu menjalankan usahanya, yakni ajakan dari teman-temannya sesama PSK. Ayu diajak bekerja di Dolly dan Jarak. ''Saya tegas menolaknya. Saya sudah bahagia dengan hidup seperti ini,'' ucapnya.
Ayu berharap penutupan lokalisasi di Surabaya berjalan lancar. Dia pun menginginkan semua PSK mencontoh langkahnya, yakni menjadi pedagang. "Pekerjaan atau bisnis seperti itu tidak akan bertahan lama. Selain itu, penghasilannya kotor," ungkapnya. (aph/ai)
Pensiun menjadi PSK bukan berarti tidak bisa hidup. Dengan bekal keterampilan dan dana kompensasi dari Kementerian Sosial sebagai modal, Ayu (bukan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- 2 Desa di Jepara Dilanda Puting Beliung, 21 Rumah Rusak
- Hamdalah, Jalan Lintas Riau-Sumbar di Tanjung Alai Hari Ini Kembali Normal
- PPPK 2024: Biak Sediakan 251 Formasi Guru, Sesuai dengan Kebutuhan Daerah
- Hanyut di Sungai Ciliwung Bogor, Anak 13 Tahun Ditemukan Meninggal
- Ditlantas Polda Riau Maksimalkan Antisipasi Kemacetan Menjelang Tahun Baru
- 2 Sopir Jip Wisata Bromo Positif Narkoba, Diserahkan ke BNN