Bertemu Satpol Tampan Sekali

Bertemu Satpol Tampan Sekali
Bertemu Satpol Tampan Sekali
Pendekatan kekerasan itu mengingatkan kita kepada rezim Orde Baru yang justru sudah tumbang dengan seluruh paradigma, orientasi dan pendekatannya. Kita ingat betapa kerap TNI head to head dengan mahasiswa di masa lalu, dan di era reformasi diteruskan oleh polisi dan Satpol PP versus civil society.

Absurd. Orde Baru sudah jauh, tapi tatacaranya masih menjangkau kekinian. Padahal sudah pasti bahwa Satpol PP bukanlah reinkarnasi dari sistem militerisme yang pernah berkuasa di era Orde Baru.

Reformasi 1998 telah menjungkir-balikkan banyak hal. Dari sentralisme ke desentralisasi. Dari otoritarianisme ke demokratisasi. Semestinya Satpol PP juga harus bermetamorfosis dengan wajahnya yang reformis, menjauhi kekerasan seraya egaliter, ramah, konsultatif dan bertindak edukasi-persuasif.

Frasa di awal tulisan inilah yang kita dambakan. Jika boleh meneruskan mimpi itu, maka kita akan melihat sosok Satpol PP yang tak lagi berseragam uniform "meniru-niru" tentara. Mereka berpakaian sipil belaka, sama dengan penduduk kota.

WAKTU semalam, Bung, aku bermimpi. Bertemu Satpol PP, Bung, tampan sekali. Aku menjerit, Bung, aduh, sayang sekali hanya dalam mimpi. Padahal jika

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News