Bertemu Satpol Tampan Sekali
Minggu, 18 April 2010 – 15:04 WIB
Bukan cuma kulitnya yang "menyipil", tetapi juga budaya penampilannya di masyarakat. Mereka akan kerap duduk di kedai kopi bersama rakyat membicarakan apa saja, yang muaranya bertema ketentraman dan ketertiban umum.
Metode yang dialogis ini paling tidak tak membuat rakyat di kubu yang anti Perda dan Satpol PP pro-Perda. Tetapi mendiskusikannya bersama baik formal maupun informal sembari makan goreng dan ngopi bersama.
Jika pendekatan itu menjadi budaya, maka kita semua kelak tak lagi melihat berbagai kasus yang kontroversial dan mengundang pro-kontra secara hitam-putih. Tetapi selalu ada titik temu, bahwa masalahnya "begini lho". Masyarakat diajak untuk memahami dan mengerti sesuatu yang mungkin belum mereka terima.
Gejala serupa juga akan menjalar kepada anggota Satpol PP. Mereka memahami dan mengerti mengapa pedagang kakilima masih berjualan di tempat terlarang. Bahwa itu adalah soal hidup mati, karena memang belum ada penampungan yang manusiawi seraya komersial.