Bertemu Satpol Tampan Sekali

Bertemu Satpol Tampan Sekali
Bertemu Satpol Tampan Sekali

Dalam pelatihan, Satpol PP mestinya tak lagi bergaya militeristik. Tetapi lebih humaniora. Mereka adalah agen ketentraman dan ketertiban. Mustahil mereka menjadi agen semulia itu, kalau ciri-ciri, karakter dan kepribadiannya malah sangar dan menakutkan. So pasti, kurikulum HAM menjadi penting.

Pengenalan budaya dan antropologi lokal menjadi penting, termasuk kearifan lokal maupun sistem kepercayaan dan agama anutan setempat. Termasuk juga ihwal kependudukan, misalnya taraf kehidupan sosial ekonomi, yang jika salah raba bisa memicu perlawanan.

Saya tak termasuk orang yang mendukung pembubaran Satpol PP. Selain menambah jumlah pengangguran dan dengan demikian kemiskinan, betapa pun Satpol PP masih diperlukan, apalagi dengan paradigma dan orientasi baru yang lebih humaniora, seperti impian di awal tulisan ini.

Saya ingat teori Gramschi yang terkenal dengan hegemoni itu, haruslah dipangkas dari Satpol PP. Tak perlu lagi menakut-nakuti rakyat dengan kekerasan.

WAKTU semalam, Bung, aku bermimpi. Bertemu Satpol PP, Bung, tampan sekali. Aku menjerit, Bung, aduh, sayang sekali hanya dalam mimpi. Padahal jika

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News