Berubah setelah Berkali-kali Ditangkap Petugas Trantib
Jumat, 20 September 2013 – 12:39 WIB
Untuk menyekolahkan mereka, Habib mengakui modalnya hanya nekat. Apalagi, sebelum menempati rumah tinggal tersebut, dirinya sempat mengalami kesulitan menghidupi mereka karena kondisi ekonominya yang pas-pasan. Habib, yang saat itu masih menjadi pemulung, mesti bekerja keras agar barang bekas yang dikumpulkannya laku dengan harga tinggi.
Berbeda dengan kondisi sekarang. Dengan sejumlah usaha pertanian dan perikanan yang digeluti, dia mampu menyekolahkan anak-anak asuhnya dengan baik. "Saya bersyukur, sekarang kondisinya terus membaik. Anak-anak bisa tenang bersekolah," tuturnya.
Niat Habib mengentas anak-anak jalanan itu tidak lepas dari latar belakang kehidupannya yang serba kekurangan. Pria kelahiran 1 Februari 1978 tersebut pernah merasakan penderitaan menjadi orang yang hidup di jalanan. Bertahun-tahun menjadi pemulung, dia menggambarkan masa-masa tersebut sebagai masa kelam.
Pada 2004, untuk kali pertama Habib tertangkap petugas trantib. Dia ditangkap saat tidur di pinggir jalan. Dia disangka gelandangan yang tidak punya tempat tinggal.
Kehidupan yang keras di jalanan membuat Habib Wibowo berubah. Tidak hanya pensiun dari pekerjaannya sebagai pemulung sampah, kini dia juga menjadi
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408