Besarkan Anak Difabel di Australia, Orang Tua Asal Indonesia Saling Membantu Lewat Grup WhatsApp
Kelompok 'parenting' warga Indonesia
Kathy adalah salah satu anggota dari IndOz Parenting Group, sebuah grup WhatsApp bagi ratusan orangtua asal Indonesia di Australia untuk membahas masalah-masalah membesarkan anak mereka.
Kelompok ini juga memiliki sub-kelompok yang dikhususkan bagi orangtua dengan bayi, sekolah dasar, sekolah menengah atas, hingga dewasa muda.
Menurut Yohana Jury, salah satu koordinator dan 'admin' grup, tantangan yang dialami para orangtua asal Indonesia di Australia adalah karena anak-anak mereka lebih terekspos dengan budaya barat, sementara orangtua mereka dibesarkan dengan cara berbeda.
"Kebanyakan dari kita [para orangtua] dibesarkan di Indonesia, budayanya beda dengan anak-anak kita di sini," ujar Yohana.
"Meski anak-anak kami berdarah Indonesia tapi kadang tidak merasa seratus persen anak Indonesia, mereka adalah Australian-Indonesian, budaya mereka sudah berbeda," tambahnya.
Di grup Whatsapp orangtua dengan anak-anak difabel, Yohana mengatakan mereka lebih menekankan pada pemberian dukungan dan pemberdayaan.
"Mereka sharing dari pengalaman sendiri, saling memberikan informasi, berbagi tips, misalnya cara untuk mendapatkan bantuan skema NDIS," ujarnya.
'Merayakan kegembiraan'
Dari pengalamannya, Kathy mengatakan orangtua biasanya akan melewati 'emotional roller coaster' ketika baru mengetahui bahwa anak mereka menyandang disabilitas.
Sejumlah orang tua asal Indonesia mengaku jika membesarkan anak-anak mereka di Australia tidaklah mudah karena perbedaan budaya
- Dunia Hari Ini: Belgia Memberikan Perlindungan Hak Bagi Pekerja Seks
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Tuduh Negaranya Ingin Bersihkan Etnis Palestina
- Krisis yang Terabaikan, Kasus Keracunan Metanol di Indonesia Tertinggi se-Dunia
- Dunia Hari Ini: Israel dan Hizbullah Saling Tuduh Melanggar Kesepakatan Gencatan Senjata
- Pilkada 2024 Diwarnai Dinasti Politik yang Meningkat dengan Partisipasi Warga yang Rendah
- Ada Sejumlah Alasan Indonesia Menaikkan PPN, tetapi Apakah Sudah Tepat?