Besarkan Anak Difabel di Australia, Orang Tua Asal Indonesia Saling Membantu Lewat Grup WhatsApp
Kathy berusaha untuk mengajak para orangtua untuk melihat sisi baik dari membesarkan anak yang menyandang disabilitas.
"Terkadang ini bukan tentang rasa cemas dan takut, tapi tentang merayakan kegembiraan," katanya.
"Anak-anak ini akan tumbuh dewasa dan menghadapi tantangan baru saat mereka masih bayi, balita, remaja. Tantangannya berbeda, tapi kebahagiaannya juga berbeda."
Bukan 'makhluk aneh'
Santi Sulistio juga bergabung dengan IndOz Parenting grup.
Santi mengatakan putranya bernama Nathan Laszlo Sunartio adalah seseorang yang menyenangkan, suka tertawa dan senang dikelilingi banyak orang.
Namun, tidak semua orang mengenal Nathan yang menyandang 'celebral palsy', apalagi saat masih tinggal di Indonesia.
"Waktu di Indonesia, orang-orang suka bertanya, 'itu kasihan, anaknya kenapa?' dan mereka mulai mendiagnosa sendiri lalu bilang, 'eh, kenapa enggak dibawa ke sini?' dan sebagainya. Jadi Nathan ikut kesal juga, kan?" katanya.
Santi baru merasakan perbedaan sejak tinggal di Melbourne, Australia tahun 2019 lalu.
Sejumlah orang tua asal Indonesia mengaku jika membesarkan anak-anak mereka di Australia tidaklah mudah karena perbedaan budaya
- Usia Penonton Konten Pornografi di Australia Semakin Muda
- Dunia Hari Ini: Israel Menyetujui Gencatan Senjata Dengan Hizbullah
- WhatsApp Siapkan Tampilan Baru yang Lebih Berwarna
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata