Besarkan Anak Difabel di Australia, Orang Tua Asal Indonesia Saling Membantu Lewat Grup WhatsApp
"Di sini lebih accepting. Jadi orang enggak melihat Nathan seperti makhluk aneh," ujarnya.
"Di sekolah ia juga diperlakukan seperti anak-anak pada umumnya. Dalam artian, kalau misalnya ada topik [tertentu, misalnya] voting, ia akan ditanya dan Nathan senang banget membahas topik seperti ini."
Menurutnya, dukungan keuangan dan kesehatan yang ditanggung pemerintah Australia juga memudahkan Nathan untuk berkomunikasi.
Perangkat bernama 'EyeGaze' yang dipasang di kursi roda Nathan membantunya menyuarakan apa yang ia ingin sampaikan.
Lawan stigma dengan mengedukasi
Sama halnya dengan Kathy, Santi juga tidak terlepas dari stigma sebagai orangtua anak berkebutuhan khusus.
Dari pengalamannya, ia sudah belajar cara untuk menanggapi orang-orang yang memberikan tatapan tidak menyenangkan kepada anaknya.
"Tapi saya memutuskan untuk mengedukasi mereka. Saya ajak mereka berkenalan dan mulai menjelaskan bahwa Nathan memang berkebutuhan khusus, tapi sama seperti orang lain," ujarnya.
"Jadi daripada kita kesal ... saya pikir dengan cara begitu orang jadi mulai paham."
Sejumlah orang tua asal Indonesia mengaku jika membesarkan anak-anak mereka di Australia tidaklah mudah karena perbedaan budaya
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Kirim Banyak Foto dan Video di WhatsApp Jadi Lebih Praktis
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan