Besek Wadas

Oleh: Dahlan Iskan

Besek Wadas
Dahlan Iskan. Foto: Disway.id

Saya disuguhi buah-buahan hasil pekarangan: rambutan dan kepel. Rambutannya manis. Kepelnya seperti kesemek. Waktu kecil saya tidak pernah mau makan kepel di halaman rumah kakek buyut di pesantren Takeran. Kemarin saya memakannya.

Mata saya pun tertatap pada bibit-bibit pohon buah. Aneka pohon. Dijejer di pinggir jalan. Banyak juga bibit durian.

"Itu bibit durian apa saja?"

"Ada bawor, ada yang tidak berbiji," jawab petani itu.

"Hah? Tidak berbiji?"

"Ada. Tapi bijinya kempeng tipis," katanya.

"Berapa harganya?"

“Bapak ambil saja. Semua. Gak usah bayar," pintanya.

Sampai di persimpangan jalan kecil itu tiba-tiba terbaca tulisan tangan merah berukuran mencolok: Wadas Menolak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News