Besi Scrap Kurangi Ketergantungan Industri Baja Terhadap Bahan Baku Impor
Sebenarnya suplai besi bekas di Indonesia sangat besar. Sebab, jumlah kapal mangkrak di tanah air sangat banyak.
Kapal-kapal yang besinya bisa dimanfaatkan dalam pengolahan baja itu adalah armada yang tua.
Yakni, usia operasionalnya sudah lewat dan tidak dapat diasuransikan lagi.
’’Banyak kapal tua yang usianya di atas 25 tahun. Karena itu, bahan baku (baja) aman,” terang Meilyna.
Tahun ini OPMS menargetkan penjualan 24 ribu ton besi scrap. Meilyna optimistis target itu bisa tercapai pada akhir tahun.
Dia juga mengatakan sedang berusaha menambah kontrak pembelian kapal bekas demi mengamankan stok.
Kapal bekas yang menjadi sasaran OPMS adalah yang bobotnya 1.000 hingga 10.000 DWT (deadweight tonnage).
Data Indonesian National Shipowners Association (INSA) menunjukkan, pada 2016 ada lebih dari 24 ribu kapal di Indonesia.
Direktur Utama PT Optima Prima Metal Sinergi (OPMS) Meilyna Widjaja mengatakan, besi bekas kapal alias besi scrap bisa mengurangi ketergantungan industri baja terhadap bahan baku impor.
- Menko Airlangga Ungkap Industri Baja Indonesia Diperhitungkan Berbagai Negara di Dunia
- Gunung Raja Paksi Berpartisipasi Dalam Asia Steel Market 2023
- Pengawasan Baja Non-SNI Jadi Langkah Nyata Perlindungan bagi Industri Nasional
- 2.032 Ton Baja Non-SNI Dimusnahkan, Krakatau Steel: Bisa Memberikan Efek Jera
- BLKP Perkenalkan Produk Unggulan di Pameran Industri Baja Terbesar Indonesia
- Perkuat Industri Baja, Indonesia Pererat Kerja Sama dengan Taiwan