Betapa Dahsyatnya Ekonomi Labbaik

Betapa Dahsyatnya Ekonomi Labbaik
Betapa Dahsyatnya Ekonomi Labbaik
Cost Garuda sekali terbang sudah break event point jika kursinya terisi 60%. Sementara jemaah haji selalu full, sekitar 450 orang satu pesawat. Coba jika ibadah haji yang non umroh berlangsung saban bulan, barangkali, Garuda akan kaya raya.

Syahdan, pada suatu hari seusai rapat kerja Komisi VIII DPR, Hasrul pernah didekati ole Emirsyah Sattar. “Jika DAU yang Rp 1 Triliun itu boleh saya pakai, maka kita bisa membeli dua pesawat Boeing bekas,” kata Emirsyah.

Jika DAU kian gemuk, dan semakin banyak Boeing atau Air Bus dibeli, suatu ketika Garuda terbang sendirian ke Mekah. Tak perlu joint dengan maskapai Arab Saudi, yang berbanding 49-51, dan Saudi lebih banyak, sehingga laba menjadi terbagi.

Tengoklah, “Tabungan Haji” (sejenis DAU) di Malaysia sudah melakukan diversifikasi usaha, termasuk membuka kebun sawit yang luas di Riau. Dana itu tak dibiarkan “tidur” malah beranak-pinak dengan cara-cara yang halal, tentu saja berasas transparan, dan akuntabel.

Tampaknya gagasan bagus itu perlu dinegosiasikan kepada Menteri Agama, Meneg BUMN, Menteri Keuangan maupun menteri terkait lainnya. “Duit tidur” itu tak mustahil “tergerogoti” seperti kisah-kisah yang pernah terjadi dan berujung menjadi kasus korupsi di meja hijau.

Lebih dari itu, ekonomi labbaik itu tampaknya tak terpengaruh dengan krisis keuangan global yang mencekam dunia dewasa ini. Jadi, mengapa DAU itu tak dikelola dan duitnya diputarkan, sebuah terobosan inovatif di masa depan? ***

Ka’bah adalah “sebuah pulau tenang” kata Muhammad Asad, penulis keturunan Yahudi Eropa beragama Muslim  itu bermetafora. Engkau


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News