BI: Banyak Jamu Manis dari Kami untuk Perekonomian, Tetapi...
jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia mengungkapkan berbagai langkah strategi yang disebut sebagai 'jamu manis' ditempuh untuk pemulihan ekonomi nasional pasca-pandemi Covid-19.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, bank sentral terus melakukan upaya mendorong disamping menjaga stabilitas perekonomian.
“Jamunya Bank Indonesia itu 'jamu manis' semuanya untuk mendorong ekonomi, tentu saja dengan tetap menjaga stabilitas,” kata Perry dalam acara CNBC Economic Outlook di Jakarta, Kamis.
Peryy merinci, kebijakan paling anyar adalah menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI Seven Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 150 basis poin menjadi 3,5 persen.
Lalu, lanjut dia, melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui strategi triple intervention yakni spot, DNDF, dan pembelian SBN, sehingga menguat dari Rp 16.575 per USD pada 23 Maret 2020 menjadi sekitar Rp14 ribu per USD.
"BI juga melakukan injeksi likuiditas yang besar atau quantitative easing Rp 759,31 triliun yakni 4,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) sejak 2020," papar Perry.
Berikutnya, ujar Perry, yakni berpartisipasi dalam pembiayaan APBN membeli SBN dari pasar perdana sejumlah Rp 473,42 triliun untuk 2020 dan Rp 40,99 triliun untuk tahun ini per 23 Februari.
"Sekitar Rp 47 triliun untuk biaya kesehatan itu belum direalisasikan tahun lalu dan kami juga sudah sepakat dengan Menteri Keuangan untuk mendanai vaksinasi,” ujar Perry.
Bank Indonesia mengatakan telah banyak memberikan 'jamu manis' untuk perekonomian, tetapi beberapa pengamat memberikan tanggapan berbeda. Simak selengkapnya
- Bea Cukai Beri Ruang Pelaku UMKM Promosikan Produknya di Atambua International Expo 2024
- Edukasi Mahasiswa di Jateng dan DIY tentang Kepabeanan, Begini Harapan Bea Cukai
- Angka Pengangguran Capai 7,2 Juta, Paling Banyak SMK
- Sri Mulyani Akui Kemenangan Donald Trump Punya Pengaruh Besar
- Pelindo Solusi Logistik Catatkan Kinerja Positif Sepanjang Kuartal III 2024
- Bank Indonesia Perkuat Sinergi Keuangan Syariah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global