BI Biarkan USD Tembus Rp 10 Ribu
Pengusaha Set Ulang Harga Ekspor Impor
Rabu, 17 Juli 2013 – 06:30 WIB
Doktor ekonomi lulusan Australian National University itu menyebut, jika dibandingkan dengan negara-negara lain, depresiasi rupiah terhadap USD masih relatif lebih ringan. "Kalau yang lain menguat, tapi rupiah melemah, itu baru mengkhawatirkan," ujarnya.
Baca Juga:
Kenapa rupiah tetap melemah meski harga BBM dinaikkan? Menurut Chatib, sebenarnya potensi penguatan rupiah atas kenaikan BBM muncul dari potensi penurunan impor karena penghematan. Sayangnya, pengurangan stimulus di AS membuat aliran modal keluar dari emerging markets seperti Indonesia. "Jadi, faktor domestik (dari pengurangan impor BBM) kalah dengan faktor eksternal," jelasnya.
Ekonom yang juga Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Mirza Adtyaswara mengatakan, meski faktor eksternal memegang peran penting, kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini juga menjadi faktor krusial yang menggiring pelemahan rupiah. "Lihat saja, inflasi kita tinggi, neraca dagang defisit, dan defisit APBN makin besar," ujarnya.
Dengan kondisi demikian, rupiah memang sulit kembali menguat ke level di bawah 10.000 tanpa intervensi besar-besaran dari BI. Namun, dalam jangka menengah dan panjang, ketika fundamental ekonomi Indonesia membaik, barulah rupiah akan kembali menguat. "Dengan kondisi saat ini, nilai tukar Rp 10.100 (per USD) masih bisa diterima," katanya.
JAKARTA - Rupiah tengah menuju titik keseimbangan atau ekuilibrium baru. Setelah menembus level Rp 10.000 per USD, Bank Indonesia (BI) membiarkan
BERITA TERKAIT
- Optimalisasi MCP untuk Kemajuan Sektor Maritim Nasional, BKI Gelar FGD
- Saham TLKM Anjlok, Telkom Butuh Penyegaran & Strategi Baru
- Startup Lokal Buktikan Keunggulan di Startup4Industry 2024
- Demi Keberlangsungan UMKM, Tarif PPh Seharusnya Diturunkan, Bukan Naik!
- Kunjungi Desa Tertinggal di Serang, Mendes PDT Yandri Susanto Mengaku Miris
- Meccaya Resmi Luncurkan 88 Acne Cream & Sarijel