BI Boleh Naikkan Suku Bunga Acuan, Tetapi Jangan Agresif
jpnn.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pengelolaan suku bunga dalam negeri memerlukan perubahan untuk merespons kebijakan The Fed.
Dia menilai ada ekspektasi dari investor bahwa negara berkembang harus mengikuti perubahan suku bunga di negara maju.
Namun, menurut pria yang kerap disapa Tiko tersebut, kalaupun akan menaikkan suku bunga, sebaiknya Bank Indonesia (BI) tidak perlu terlalu agresif. Dia melihat pasar saat ini cukup tenang.
’’Dengan elemen yang diberikan Pak Perry (Gubernur BI Perry Warjiyo, Red) dan strategi mengelola keseimbangan kemarin, rasanya pasarnya sudah cukup. Mungkin belum ada keperluan mendesak,’’ kata Tiko akhir pekan kemarin.
Di sisi lain, bank juga berharap ada permintaan pertumbuhan kredit sehingga masyarakat masih butuh suku bunga bank yang terjangkau.
Ekonom Aviliani menuturkan, BI masih perlu menaikkan suku bunga acuannya, setidaknya 25 basis poin. Upaya itu dibutuhkan untuk stabilitas nilai tukar.
’’Kalau nilai tukar rupiah stabil, dari sisi suku bunga bank masih ada persaingan. Persaingan antarbank, menurut saya, luar biasa. NIM (net interest margin) jauh makin tipis,’’ tutur Aviliani.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah menyatakan, pihaknya siap menaikkan suku bunga penjaminan jika likuiditas kembali mengetat.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pengelolaan suku bunga dalam negeri memerlukan perubahan untuk merespons kebijakan The Fed.
- Usut Kasus korupsi CSR, KPK Periksa Pejabat Bank Indonesia
- Rupiah Melemah Karena Penggeledahan di BI? Misbakhun Angkat Suara
- Pemerintah Sebar Uang Layak Edar Rp 133,7 Triliun untuk Natal dan Tahun Baru
- Sambut Natal & Tahun Baru, BI Menyediakan Uang Layak Edar Rp 133,7 Triliun
- Malam-malam, KPK Menggeledah Kantor BI, Ada Kasus Korupsi Apa?
- BI Melaporkan Utang Indonesia Menurun, Berikut Perinciannya