BI Khawatirkan Ekses Likuiditas

BI Khawatirkan Ekses Likuiditas
BI Khawatirkan Ekses Likuiditas
Sayang, besaran dana yang masuk itu tidak dibarengi dengan permintaan uang primer di dalam negeri yang pada tahun 2005 hanya mencapai Rp 239,8 trilun. Dengan begitu jumlah uang yang tidak terserap (ekses likuiditas) mencapai Rp 121,3 triliun.

Kondisi itu juga terjadi pada tahun 2007. "Suplai uang primer Rp 660 triliun, sementara permintaan Rp 379 triliun sehingga ekses likuiditas Rp 281,2 triliun," ungkapnya.

Besarnya kelebihan dana itu masih terjadi hingga tahun 2010. Tahun lalu suplai uang primer yang berasal dari aktiva luar negeri sebesar Rp 935 triliun, dari rekening pemerintah Rp 160 triliun, lain-lain Rp 54 triliun sehingga total Rp 935,5 triliun. Sementara permintaan uang primer sepanjang tahun lalu hanya Rp 518,4 triliun. "Jadi total kelebihan dana Rp 417 trilun," tuturnya.

Menurut Halim kondisi ini bisa sangat mengkhawatirkan jika tidak diatasi. Apalagi, Indonesia sudah masuk dalam investment grade sehingga potensi masuknya dana asing sangat besar. Jika tidak disertai dengan meningkatnya permintaan uang primer, maka ekses likuiditas akan semakin besar. "Kita khawatir ini terus berlanjut. Mungkin bisa Rp 1000 triliun (kelebihan dananya)," kata dia.

Dia berdalih pertumbuhan ekonomi yang baik pun belum tentu mampu menurunkan kelebihan dana itu jika masuknya modal asing terlalu besar. Dia memperkirakan jika pertumbuhan ekonomi diatas 6 persen seharusnya Indonesia bisa memangkas atau bahkan menghilangkan ekses likuiditas. "Namun karena dana yang masuk juga besar maka hal itu tidak mungkin terjadi," tukasnya.

PURWAKARTA - Bank Indonesia mengkhawatirkan besarnya aliran dana masuk (capital inflow) dari asing yang terjadi akhir-akhir ini. Pasalnya, permintaan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News