BI Rate Diprediksi Tetap 7,5 Persen

jpnn.com - JAKARTA - Kondisi perekonomian yang masih dalam masa pengetatan, diperkirakan memicu Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI rate) pada level tinggi. Sebagian pihak menilai, kebijakan ini bakal ditempuh BI untuk mengantisipasi tekanan dari sektor eksternal meski dalam negeri sudah cenderung membaik terlihat dari inflasi yang landai.
Ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan, tantangan sektor eksternal tersebut misalnya tekanan yang diprediksi muncul justru ketika perekonomian Amerika Serikat (AS) mengalami tren membaik. Sebab, hal tersebut berpotensi menyebabkan capital outflow atau arus keluar modal asing.
"Rencana The Fed menghentikan quantitative easing (stimulus moneter) dan menaikkan suku bunga acuan yang kini 0,25 persen, belum memungkinkan BI untuk menurunkan BI rate," ungkapnya kepada Jawa Pos (induk JPNN), kemarin (10/9).
Sejak pertengahan tahun lalu, otoritas moneter telah menaikkan BI rate secara bertahap. Yakni mulai dari 5,75 persen hingga kini mencapai 7,5 persen. Kebijakan uang ketat tersebut dilakukan mengingat ada beberapa tekanan baik dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, tekanan tersebut datang dari current account deficit (CAD) atau defisit neraca berjalan yang disebabkan oleh tingginya importasi khususnya impor bahan bakar minyak (BBM). Di samping itu, BI rate dinaikkan untuk meredam tekanan dari inflasi karena kenaikan harga BBM.
"Meski inflasi mulai jinak, tetapi likuiditas di perbankan masih ketat. (Sehingga) deposan besar masih meminta suku bunga 10 persen, bahkan 11 persen. Saya duga BI rate masih tetap 7,5 persen," terangnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, optimisme laju inflasi yang rendah tersebut dikarenakan sejak awal BI berancang-ancang menghadapi risiko kenaikan harga BBM. Upaya itu dilakukan dengan cara mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI rate) di level yang tinggi sebesar 7,5 persen.
"Kenaikan BBM kan belum pasti, kalau sudah naik, kami akan hitung lagi BI rate perlu disesuaikan sampai berapa. Karena menghitung BI rate itu view-nya setidaknya 12 bulan ke depan," ujar dia.
Pada Agustus, BI rate juga dipertahankan pada posisi 7,5 persen sejak November 2013. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,5 persen, dengan suku bunga lending facility dan suku bunga deposit facility masing-masing tetap pada level 7,5 persen dan 5,75 persen.
JAKARTA - Kondisi perekonomian yang masih dalam masa pengetatan, diperkirakan memicu Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan tingkat suku bunga
- Satgas Ramadan & IdulFitri Pertamina Dinilai Berhasil Memitigasi Lonjakan Permintaan BBM
- Pemda Diminta Jadi Motor Investasi dan Pemerataan Ekonomi
- PLN IP Siap Penuhi Kebutuhan Hidrogen Sebagai Energi Alternatif Masa Depan
- Estpos Hadir di Pontianak, UMKM Kalbar Siap Masuk Era Digital
- Masyarakat tak Perlu Ragu Bertransaksi Emas Secara Digital di Pegadaian
- Harga Emas Antam Hari Ini Sabtu 19 April 2025: Tetap Stabil di Rp 1,965 Juta Per Gram