BI Turunkan Bunga Repo

Untuk Pertahankan Likuiditas Perbankan

BI Turunkan Bunga Repo
BI Turunkan Bunga Repo

Wakil Ketua Umum Perbanas Jahja Setiaatmadja mengatakan, PUAB memang dipilih bank hanya untuk kepentingan jangka pendek karena jangka waktunya yang memang pendek. Janji BI untuk mengoptimalkan repo window SBI memang mulai diwujudkan. Hanya saja, jalan tersebut hanya bisa dilakukan oleh bank-bank yang masih punya surat berharga tersebut. "Repo SBI bisa kalau bank punya SBI yang belum jatuh tempo," tutur Wapresdir PT BCA Tbk itu.

Karena itu, dia berpandangan bahwa dana masyarakat merupakan sumber DPK yang paling aman untuk memperkuat likuiditas. Terutama untuk dana-dana masyarakat bertenor jangka panjang. Saat ini, dari data BI, komposisi deposito jangka pendek (tenor satu bulan) di industri perbankan masih sangat besar, mencapai Rp 486,25 triliun per bulan. Hal itu sangat berpotensi menimbulkan ketidaksinkronan antara penghimpunan DPK dan outstanding kredit.

Tony mengatakan, pasar uang antarbank (interbank call money) memang bisa menjadi jalan bagi bank-bank yang krisis likuiditas. Hanya saja, menurut dia, sekarang ini bunganya sebenarnya juga tinggi. Jika bank masih melirik pinjaman lewat PUAB ini, otomatis likuiditas di PUAB juga semakin kering. Alhasil, bunga PUAB ikut mendaki.

"Jadi, saya pikir itu bukan solusi yang baik," kata Tony. Sejak Juni, suku bunga overnight dalam PUAB memang terus naik. Bank sentral juga berupaya memperketat pinjaman lewat PUAB ini dengan mengerek FASBI. (sof/eri/fan)

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memenuhi janji mengoptimalkan repo surat berharga dan pasar uang antarbank untuk mengatasi kesulitan likuiditas.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News