Biarawati Australia Kembali Hadapi Deportasi di Filipina

"Tapi itu telah menguak isu-isu tentang apa yang terjadi di Filipina ke publik - penangkapan besar-besaran, pembunuhan, pemindahan, dan sebagainya."

Tetapi Suster Patricia mengatakan ia telah kewalahan oleh jumlah dukungan yang ia dapatkan dari orang-orang.
"Saya pikir mereka meremehkan dukungan yang saya terima dan bahwa saya tidak bertindak secara diam-diam," katanya.
Suster Patricia mengatakan, dukungan orang-orang-lah yang membuatnya ingin tinggal, dan dukungan itu datang dari semua penjuru termasuk orang-orang yang pergi ke gereja dan kaum miskin kota yang datang mengunjunginya.
"Mereka jelas tak berpikir saya berkeliling ke seluruh Filipina," katanya pada bulan April, menyusul perintah deportasinya yang pertama.
"Saya terkejut berapa banyak orang yang bicara. Para petani miskin kota. Semua orang gereja ini datang dan mengunjungi saya," katanya.
"Ketika mereka berbicara dan mendukung Anda, mereka membuat Anda ingin berada di sini. Saya tidak ingin pergi dari sini."
- 'Nangis Senangis-nangisnya': Pengalaman Bernyanyi di Depan Paus Fransiskus
- Perjalanan Jorge Mario Bergoglio Menjadi Paus Fransiskus
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia