'Biarlah Saya Tetap Menjadi Diri Saya Sendiri'
Rapat tertutup tersebut diikuti seluruh pejabat eselon I dan beberapa pejabat eselon II mulai pukul 08.00 hingga pukul 10.00. Setelah rapat, Susi keluar untuk mengikuti acara di Kantor Wakil Presiden, namun keburu dicegat wartawan.
Dia meminta wartawan untuk tidak banyak bertanya karena dirinya harus bekerja. Susi mengaku belum memiliki target pada hari pertamanya.
"Saya belum berani ngomong target-target. Itu harus dipelajari dulu. Yang penting sekarang do less get more (bekerja dan ada hasil, Red). Tapi, untuk jangka pendek, kami ingin ada semacam program bantuan untuk membuka akses permodalan bagi nelayan," ungkapnya.
Untuk jangka panjang, Susi ingin membantu para nelayan agar lebih mengerti bisnis. Dia yakin kesejahteraan nelayan bisa meningkat jika menguasai kemampuan yang lain. Tidak hanya menangkap ikan, tapi juga bisa menjualnya dengan harga tinggi.
"Kami ingin nelayan mengerti soal komersialisasi produk. Berapa biaya produksi dan pendapatan yang bisa diperoleh," tutur menteri yang memiliki tato di kakinya itu.
Menurut dia, banyak daerah di Indonesia yang memiliki potensi besar sebagai produsen ikan. Dia mencontohkan Pulau Simeulue di ujung Aceh yang kaya dengan lobsternya. Sayangnya, potensi itu belum digarap maksimal karena terkendala masalah transportasi.
"Dari pulau itu, kalau mau mengangkut lobster, terpaksa memakai perahu ke Pulau Haji terlebih dahulu. Akibatnya, banyak lobster yang mati karena lamanya perjalanan," terang bos maskapai Susi Air (PT ASI Pudjiastuti Aviation) itu.
Seharusnya, kata Susi, di pulau tersebut tersedia bandara yang memadai untuk didarati pesawat kecil agar bisa mengangkut lobster-lobster itu. Dengan begitu, daya hidup lobster semakin tinggi.
"Karena mati, lobster-lobster itu hanya dihargai Rp 30 ribu per ekor. Padahal, nilai jual tertinggi lobster bisa mencapai Rp 100 ribu per ekor. Kalau ada bandara, lobster atau hasil laut lain bisa dijual dengan harga tinggi," lanjutnya.
Karena itu, Susi berharap di pulau-pulau potensial seperti Pulau Simeulue dibangun bandara-bandara kecil untuk kepentingan pengangkutan hasil produksi perikanan atau lainnya. Dengan menggunakan slogan perusahaannya, dia ingin membangun banyak bandara kecil di daerah potensial.
"Kami pakai istilah one kilometer runway bring you to the world (satu kilometer landasan pacu membawamu ke dunia, Red). Cukup 1 kilometer saja, (biayanya) sekitar Rp 10 miliar"Rp 20 miliar," katanya.
Susi juga akan membangun budaya kerja, kerja, kerja di kementeriannya. Dia menegaskan akan memajukan jam kerja dari semula pukul 08.00 hingga 16.00 menjadi pukul 07.00 hingga 15.00.
"Saya minta itu diumumkan, mulai besok masuknya jam 07.00. Itu bukan karena tadi saya lihat nggak ada orang, tapi supaya mereka nggak kena macet," tegasnya.
Dia sadar, banyak bawahannya yang berpendidikan lebih tinggi daripada dirinya. Karena itu, banyak yang mencemooh ijazahnya yang hanya SMP. Namun, Susi mengaku tidak minder karena pengalaman sekian puluh tahun telah mendidiknya sebagai entrepreneur andal.
"Tadi saya curhat ke Pak Sarwono Kusumaatmadja (mantan menteri kelautan dan perikanan). Beliau terus bilang, "Susi itu sudah terlalu pintar, jadi tidak perlu sekolah"," ungkap ibu tiga anak itu lantas tertawa.
Dia juga bercerita tentang omongan sebagian orang yang menganggapnya tidak cocok menjadi menteri karena kebiasaannya merokok dan memiliki tato. Tentang itu, Susi menyatakan tidak bisa lagi mengubah kebiasaan tersebut.
"Kalau saya disuruh berubah seperti birokrat atau ibu-ibu yang manis dan feminin, jujur saya tidak bisa. Saya sudah 50 tahun seperti ini. Biarlah saya tetap menjadi diri saya sendiri," tandas dia. (c5/ari)
MENJADI satu-satunya menteri yang berijazah SMP di Kabinet Kerja Jokowi tidak membuat Susi Pudjiastuti minder. Dia malah ingin membuktikan bahwa
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408