Biasakan Bangun Pagi dan Rasakan Hal Ini
Setelah penelitian selesai, pemimpin peneliti, Celine Vetter dan timnya mengamati 2.581 kasus depresi telah berkembang, 290 di antaranya berada dalam kategori burung hantu.
Studi menemukan bahwa mereka yang terbangun pada siang hari lebih mungkin untuk mengalami depresi, bahkan ketika faktor-faktor lain yang mungkin menempatkan mereka pada risiko dipertanggungjawabkan, seperti hidup sendiri, merokok dan masih single.
"Hal ini memberi tahu kita bahwa mungkin ada efek chronotype pada risiko depresi yang tidak didorong oleh faktor lingkungan dan gaya hidup," kata Vetter, seperti dilansir laman Independent, Rabu (22/8).
"Alternatifnya, kapan dan seberapa banyak cahaya yang Anda dapatkan juga memengaruhi chronotype dan paparan cahaya juga memengaruhi risiko depresi," tambah Vetter.
"Memisahkan kontribusi pola cahaya dan genetika pada hubungan antara risiko chronotype dan depresi merupakan langkah penting berikutnya," jelas Vetter.
Sementara temuan menunjukkan bahwa pola tidur seseorang merupakan faktor risiko independen untuk depresi, Vetter menjelaskan bahwa ini tidak selalu berarti burung hantu/mereka yang suka begadang pasti akan mengembangkan penyakit.
"Ya, chronotype relevan ketika berhubungan dengan depresi tetapi itu adalah efek kecil," pungkas Vetter. (fnyjpnn)
Dalam sebuah penelitian, wanita yang memacu dirinya untuk membiasakan diri bangun pagi cenderung tidak akan mengalami depresi.
Redaktur & Reporter : Fany
- Awali Pagi Anda dengan Melakukan 3 Kebiasaan Sehat Ini
- 5 Manfaat Sehat Bangun Pagi yang Tak Terduga, Nomor 4 Bikin Kaget
- Ingin Bangun Pagi Lebih Mudah? Baca 4 Trik Ini
- Mengapa Jadi Susah Bangun Pagi Selama Kerja di Rumah?
- Benarkah Orang yang Rajin Bangun Pagi Lebih Bahagia?
- Orang-orang yang Suka Bangun Pagi Merasa Lebih Bahagia?