Biasanya Moreira Suka Usil, Jelang Dieksekusi Teriak-teriak

Gularte Sering Membenturkan Kepala ke Tembok

Biasanya Moreira Suka Usil, Jelang Dieksekusi Teriak-teriak
UPAYA TERAKHIR : Pengacara Utomo Karim (kanan) bersama asisten Dhimaz di depan Lapas Besi Nusakambangan, persinggahan terakhir napi sebelum dieksekusi Minggu (18/1). Foto: Ilham Dwi/Jawa Pos

Tidak berselang lama Moreira keluar sel. Dia langsung menemui Cordoso dan Utomo.

Terpidana mati karena membawa 13 kilogram kokain pada 2003 itu terlihat tegang dan memberontak sambil teriak-teriak. Namun, setelah ditenangkan oleh Cardoso dan Utomo, dia mau dipindah ke Lapas Besi.

Di Lapas Pasir Putih juga Utomo dan Cordoso menemui Gularte. Dia juga terpidana mati asal Brasil yang grasinya baru ditolak pada Senin (12/1).

Pertamuan itu, rencananya, dilakukan di salah satu ruang petugas yang berdekatan dengan sel. Jaraknya sekitar 30 meter dari sel para napi.

Menunggu beberapa saat, sipir kembali menghampiri Cordoso. Dia menyatakan bahwa Gularte tidak ingin keluar dari sel. ’’Dia mendengar teriakan Moreira. Dia mengira dirinya akan dieksekusi,’’ kata sipir.

Mau tidak mau, Cordoso harus masuk ke sel Gularte. Dia diantar seorang sipir. Lokasi sel Gularte berada di pojok kiri lapas. Sel tersebut berjeruji besi dengan tambahan pagar kawat. Saking kecilnya pagar kawat itu, jari-jari tidak bisa masuk ke sel.

Sel Gularte terdiri atas dua ruang, luar dan dalam. Saat itu Gularte berada di sel bagian dalam yang disekat jeruji dan tidak bisa dilihat dari luar. ’’Gularte, I’m form embassy,’’ ujar Cordoso.

Akhirnya, Gularte mau keluar dari sel. Dia mengenakan topi yang dihadapkan ke belakang. Di balik topi itu tampak sebuah perban menempel di jidat Gularte. Namun, dia tidak menunjukkan gejala sedang sakit.

PENJAGAAN Pulau Nusakambangan cukup ketat menjelang pelaksanaan eksekusi lima terpidana mati, Minggu dini hari. Namun, Jawa Pos berhasil masuk di

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News