Biaya Hidup Selangit Susahkan Mahasiswa
Minggu, 06 Februari 2011 – 09:37 WIB
Sejak suhu politik di Mesir memanas pada 25 Jauari lalu, ungkap Fattah, dirinya terus berusaha berkomunikasi dengan dua putrinya tersebut. "Hampir tiap jam saya telepon mereka atau mereka yang telepon ke sini," terang warga Manukan Mukti itu. Setiap menelepon diwarnai isak tangis.
Menurut pria 50 tahun itu, dirinya khawatir saat hubungan komunikasi dengan Mesir putus dua hari, yakni pada 28-29 Januari lalu. "Saya takut kejadian di Jakarta pada 1998 dialami mereka di sana," tuturnya. Lantas, dia berupaya memulangkan dua putrinya itu.
Kepulangan Nafisah dan Nining baru diketahui keluarganya Jumat lalu (4/2). "Setelah salat Jumat, saya ditelepon pihak imigrasi, rasanya ingin loncat kegirangan waktu itu," ujarnya. Kepulangan keduanya ke Surabaya juga sempat tertunda. Awalnya, mereka dijadwalkan tiba di Surabaya pukul 12.55. Namun, mereka baru tiba pukul 16.59.
Begitu keluar dari terminal kedatangan domestik, isak tangis pun pecah. Dua mahasiswi itu pun menghambur ke pelukan dua orang tuanya. Namun, mereka tak bersedia menjawab seluruh pertanyaan wartawan. Nafisah hanya menjawab singkat, "Saya senang sudah pulang." Kemudian, dia beserta rombongan keluarganya bergegas menuju mobil yang telah menunggu. "Mohon maaf Mas, masih capai," ujar Nafisah.
PROSES evakuasi WNI dari Mesir yang sedang bergolak dianggap lamban oleh sebagian mahasiswa Kairo. Masalah utamanya, pemerintah hanya mengerahkan
BERITA TERKAIT
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan