Biaya Isi Ulang e-Money Untungkan Perbankan, ini Buktinya
"Itu kemana uangnya? Ini kan sangat merugikan dan memberatkan masyarakat," tegas politikus Gerindra ini.
Jika mengacu data BPS, ada sekitar 16 juta unit kendaraan di Jakarta, dan lalu dalam satu bulan rata-rata 1 kali mengisi ulang, maka uang yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp 1.500 kali 16 juta, totalnya Rp 24 miliar. Dalam satu tahun Rp 288 miliar.
"Ini baru Jakarta, belum kota-kota lainnya," tutur dia.
Harusnya pada konteks ini, BI bisa meminimalisir kerugian-kerugian tersebut lewat skema interkoneksi antar uang elektronik di semua pintu tol serta interkoneksi antar bank, baik BUMN atau swasta. Sehingga semakin efisien, dan bank tetap diuntungkan perputaran dana yang diperoleh.
Jangan sampai alasan penyediaan infrastruktur pembayaran elektronik menjadi tameng yang seolah-olah itu adalah tanggung jawab masyarakat.
Sebagai bank sentral yang independen, BI yang bertugas mengatur kebijakan sistem pembayaran harus berpihak ke masyarakat.
"Jangan bertindak seolah-olah menjadi Bank Komersil yang mencari untung. Insentif tersebut bisa berwujud gratisnya seluruh biaya, bebas pungutan apa pun. Karena itu BI musti meninjau ulang kebijakan biaya top up tersebut," pungkas politikus asal Jawa Barat ini.(fat/jpnn)
Jangan sampai alasan penyediaan infrastruktur pembayaran elektronik menjadi tameng yang seolah-olah itu adalah tanggung jawab masyarakat.
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam
- Bea Cukai Beri Ruang Pelaku UMKM Promosikan Produknya di Atambua International Expo 2024
- Bank Indonesia Perkuat Sinergi Keuangan Syariah di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global
- BI Dorong Ekosistem Halal Lifestyle untuk Kejar Potensi 2 Miliar Populasi Muslim Global
- Kemendag Apresiasi Rabu Hijrah dan BI atas Suksesnya Young Muslim Leader Forum
- Peradi Jalin Kerja Sama dengan BINS Untuk Beri Pembekalan ke Advokat
- BI Sebut Pedagang Harus Terima Tunai & Non-Tunai, Dirut TDC: Fitur Kuncinya