Biaya Pilkada Tinggi, Kapolri Geleng-Geleng Kepala
jpnn.com, JAKARTA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian meyakini sistem demokrasi yang dipakai di Indonesia membuat pelakunya menjadi “wajib” melakukan korupsi.
Karena itu, tak heran jika banyak kepala daerah yang tersandung korupsi.
Dia menuturkan, biaya yang dihabiskan calon bupati di suatu daerah mencapai puluhan miliar rupiah.
“Pilkada memerlukan biaya demokrasi yang tinggi, untuk jadi bupati paling tidak Rp 30 sampai 40 miliar, jadi gubernur Rp 100 miliar ke atas,” kata dia di Rupatama Mabes Polri, Jumat (29/12).
Kemudian para calon itu setidaknya memerlukan waktu dua tahun untuk sosialisasi dan membangun jaringan.
“Semuanya pakai uang, belum lagi mahar politik,“ sambung dia.
Tito menambahkan, gaji seorang bupati disertai tunjangan per bulannya hanya ratusan juta.
“Gaji bupati paling top dengan segala tunjangan Rp 300 juta kali 12 bulan, hanya Rp 3,6 miliar,” papar dia.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut biaya politik untuk calon bupati bisa capai Rp 40 miliar
- APMP Minta Bawaslu RI Tegas soal Dugaan Kecurangan di Pilkada Mimika
- Bawaslu Tegaskan Tak Ada Pelanggaran yang Dilakukan Aparat Kepolisian di Pilkada 2024
- Ketua KPPS Coblos Surat Suara Pram-Rano, Bivitri: Pasti Ada Instruksi
- Bawaslu Sampaikan Alur Penanganan Dugaan Pelanggaran Pilkada 2024
- Bawaslu Lakukan Kajian Awal Terhadap 130 Laporan Dugaan Pelanggaran Politik Uang
- Ridwan Kamil Kalah di Quick Count, Tim Pemenangan Klaim Ada Kecurangan