Bicara Kecurangan dan Kekerasan di Pemilu 2024, Guru Besar Ini Sebut Ada yang Agak Bahaya

Berikutnya, dia menilai keberpihakan penyelenggara, kekuatan tidak berimbang, dan lemahnya pengawasan publik terhadap proses pemilu menjadi potensi kecurangan-kecurangan terjadi.
Prof Ali juga menyampaikan bahwa kekerasan dalam Pemilu 2024 terjadi dari dua arah yang berbeda, pertama, kekerasan dalam bentuk kecurangan itu sendiri, ancaman, kekerasan fisik atau psikis.
Kedua, kekerasan sebagai reaksi dari kecurangan yang ada karena tidak adanya penyelesaian kecurangan yang ada dengan adil.
Dia mengatakan kecurangan yang dominan terjadi dalam pemilu berupa ketidaknetralan aparat negara. Lalu, penyaluran bansos yang rawan dipoli?tisasi.
"Misalnya, Pak Prabowo memberikan bantuan sepeda motor kepada Babinsa; yang disebutkan adalah Pak Prabowo, bukan Kemenhannya. Politik uang juga terjadi. Kecurangan ini juga disertai dengan kekerasan, di Boyolali dan daerah lain," tuturnya.
Nah, yang agak bahaya, kata Prof Ali, ketika Bawaslu Jakarta memanggil paslon tertentu terkait dugaan pelanggaran kampanye, mereka malah dilaporkan ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
Ada pula pihak Bawaslu di Batam yang mencopot baliho, dilaporkan ke polisi. "Ini potensial merusak kualitas dan menc?ederai pengawasan pemilu, tidak dengan menggunakan perangkat pemilu yang disediakan," ujarnya.
Prof Ali menekankan bahwa ketika ada kecurangan dan kekerasan tidak diselesaikan dengan adil, maka levelnya akan terus meningkat.
Guru Besar FH Universitas Brawijaya Prof Mochamad Ali Syafa'at bicara soal kecarangan dan kekerasan dalam Pemilu 2024. Sebut ada yang agak bahaya.
- Dugaan Kecurangan, Tiga Kepala Desa Kabupaten Banggai Dilaporkan ke Bawaslu
- Bawaslu Konsisten Mengawal Demokrasi
- Kasus KDRT Viral di Bandung Naik ke Penyidikan
- Diduga Bunuh Bayi Sendiri, Brigadir Ade Kurniawan Tersangka
- Pram-Rano Cairkan Bansos Rp 900 Ribu untuk Penerima KLJ, KAJ, dan KPDJ
- Dugaan KDRT Wanita di Bandung, Polisi Ungkap Fakta Ini