Big Dusta

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Big Dusta
Contoh platform media sosial yang menjadi bahan pengumpulan big data. Foto/ilustrasi: Ayatollah Antoni/JPNN.com.

Dia menyadari bahwa ada kenyataan yang melampaui bayangan dalam gua. 

Ada realitas yang selama ini tersembunyi atau disembunyikan di balik pencitraan yang dibungkus dengan harapan, buaian, dan retorika yang menyesatkan.

Dalam sekejap pengetahuannya bertambah, dia tidak lagi menjadi orang gua yang naif. 

Ketika melihat kembali ke dalam gua, orang ini akan menyadari bahwa kenyataan yang dipercaya selama ini salah. 

Semua yang dia lihat dan dengar itu bukan kenyataan sebenarnya, melainkan sekadar bayangan atau citra dari kenyataan yang lebih tinggi.

Lalu, dia kembali ke gua lagi, dan hal pertama yang akan dilakukannya adalah membebaskan kawan-kawannya. 

Akan tetapi, kawan-kawannya akan marah karena hal ini akan mengganggu kebiasaan mereka akan ilusi. 

Ada kemungkinan dia akan dikucilkan karena pandangannya tentang kenyataan berbeda dengan mereka yang masih terbelenggu oleh rantai. 

Klaim big data 120 juta suara menghendaki pemilu ditunda dan masa jabatan Jokowi diperpanjang, menjadi perbincangan. Benar big data, atau hanya big dusta?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News